Ini lanjutan part yang "Kejadian itu"
Aku baru kepikiran untuk buat part yang ke 2 nya
Langsung aja ke ceritanya
***
Setelah melewati lorong rumah sakit yang amat panjang Rose akhirnya sampai di toilet.
Ia hanya ingin membasuh mukanya dan menenagkan pikirannya.
Ia masih teringat kejadian beberapa menit yang lalu, kejadian itu seakan seperti kaset rusak yang terus menerus terputar di pikirannya, entah apa sebabnya.
"Rose" panggil gadis berambut lurus itu.
Rose menolehkan kepalanya ke samping, berniat melihat siapa yang memanggilnya kemudian ia memalingkan pandangannya ke arah cermin.
Gue salah, gue salah, gue salah, gue salah, gue salah - batin Rose.
"Hey di panggil kok malah bengong? Lo kenapa Rose?" tanya Irene, ya gadis yang memanggil Rose itu adalah Irene yang tak lain adalah sahabat nya yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.
"Ah, gue gak papa kok" jawab Rose sambil tersenyum.
Ya memang Rose tersenyum namun Irene tidak bodoh, ia melihat kedalam mata gadis itu, mata Rose menyorotkan ketakuan yang amat dalam dan sepertinya Rose menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang ia perbuat, sehingga Wendy bisa masuk rumah sakit.
"Lo mau balik ke ruangan Wendy lagi?" tanya Irene.
"Mmm... Yaudah yuk balik" Rose langsung melangkah kan kakinya keluar dari toilet.
Irene yang melihat itu hanya bisa berdoa semoga saja saat mereka berdua kembali, emm ralat, saat Rose kembali kejadian tadi tidak terulang.
Rose tak henti hentinya menghela nafas kasar, Irene hanya bisa mengusap punggung Rose agar gadis itu sedikit lebih tenang.
Sesampainya di depan ruangan Wendy, mereka yang berada di sana kini mengalihkan pandangannya ke arah Irene dan Rose.
Irene menarik tangan Rose untuk duduk di sampingnya.
Rose hanya memasang muka datar, bahkan kelihatannya gadis ini tidak peduli dengan keadaan sekitar, namun siapa sangka bahwa di dalam hatinya ia menyimpan banyak ketakutan.
"Masih bisa balik, bukannya pergi aja" dingin Suga.
Semua yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas.
Rose mendongakkan kepalanya, di lihatnya Suga yang menatapnya dingin dan penuh kebencian sedangkan Rose menatap Suga dengan wajah yang sangat datar.
Sedetik kemudian Rose menundukkan kepalanya.
"Kalo orang ngomong tuh ya di jawab, jangan malah nunduk doang, punya mulut kan?" tanya Suga.
Rose tidak membalas, ia tidak ingin suasana menjadi kacau, ia hanya menutup matanya erat erat agar emosinya terkendali.
"Oh, lo takut dan malu kan karna udah bikin Wendy masuk rumah sakit, gue kira lo gak punya malu, oh ya lo kan malu maluin" ujar Suga.
Cukup, emosi Rose tidak busa di tahan sekarang.
Ia berjalan ke arah Suga.
Plak
Bunyi tamparan yang nyaring membuat siapa saja yang mendengarnya akan ngilu.
Rose menampar Suga.
Cowok berkulit pucat itu memegang pipinya yang terasa amat perih, bagaimana bisa ia di tampar oleh seorang perempuan?
"GUE SABAR, GUE COBA SABAR, DARITADI LO NGATAIN GUE, NGERENDAHIN GUE, GUE SABAR, MULUT LO DI JAGA DONG! GAK DI AJARIN SOPAN SANTUN, MAU LO APA HAH? KALO LO MAU NGELIAT GUE SENGSARA LEBIH BAIK LO BUNUH GUE SEKARANG, ATAU LO BUAT GUE JADI GILA DENGAN BEGITU LO BAHAGIA KAN" teriak Rose frustasi.
Mata Rose kini menyorotkan kebencian, ia tak suka jika ada orang yang berani memalukan dirinya di depan umum.
"Ya emang bener kan, sini deh gue bunuh lo" ketus Suga.
Rose gak habis pikir sama cowok yang satu ini.
"LO TAU YANG NABRAK WENDY SIAPA? LO KENAL SURAN? DIA YANG NABRAK WENDY, LO MIKIR YANG SELAMA INI BUAT DIA MENDERITA ADALAH ELO, ELO PENYEBAB DARI SEMUA INI, KALO AJA ELO SAMA SENDY GAK PACARAN WENDY GAK BAKAL MASUK RUMAH SAKIT DAN JADI KOMA, WENDY GAK AKAN TERUS MINUM OBAT OBATAN BUAT NENANGIN PIKIRANNYA, WENDY GAK HARUS SETIAP HARI CEK UP KE DOKTER, LO MIKIR GA LO MIKIR!" teriak Rose, ia tak memakai embel embel 'Mbak' untuk memanggil Wendy dan tidak memakai embel embel 'Bang, atau Kak' untuk memanggil Suga.
Suga hanya bisa mematung di tempat, yang lain juga kaget, jadi selama ini banyak rahasia yang Wendy sembunyikan dari mereka.
Pikiran Rose kacau, ia menundukkan kepalanya, badanya bergetar hebat, menandakan ia menangis.
Isak tangis nya pecah, ia kembali ke tempat duduknya lalu menaikkan kakinya, memeluk kakinya dan menenggelamkan kepalanya di antara kaki nya.
Yeri yang tepat ada di samping kanannya hanya bisa mengusap pelan punggung Rose, berharap tangisnya segetah terhenti.
Tbc
***
Aku mencoba untuk up pagi, dan ya jadilah part ini.
Aku belum tidur sama sekali karna harus buat part ini, semoga aja ntar malem aku up lagi.
Semoga kalian baper membaca part ini, wkwkwk
Jangan membanci Suga gaes, hehehehe
Jangan lupa vote dan komen
Sampai bertemu di part selanjutnya
Pai pai
![](https://img.wattpad.com/cover/176540185-288-k406341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BlackVelvet [REVISI]
Fantasy[CERITA SEDANG DI REVISI] Cerita tentang anak anak generasi micin