Kesembilan gadis cantik itu berdiri berjejer, mereka menatap satu orang yang sudah meneror mereka selama ini.
"Well, ternyata elo semua itu lemah ya, dan begonya elo semua percaya kalo gue itu lumpuh" kekeh orang itu.
Kesembilan gadis itu hanya menatap sinis ke orang yang berada di hadapan mereka sekarang.
Tabrakan?
Rumah sakit?
Operasi?
Mata merah?
Ketukan pintu?
Mobil hitam?Oh ayo lahh... Ternyata mereka semua salah kiraa, bahkan pelakunya saja sekarang masih baik-baik saja.
Lumpuh?
Hanya karena di tabrak mobil, orang itu langsung lumpuh? HH, mereka sudah di bodohi oleh orang tidak tau diri itu.
Orang itu ---yang tidak lain adalah pelaku dari semua ini--- mendekat ke arah Wendy.
"Son Wendy, bahkan sampe sekarang masih ada dendam di hati gue! Elo ngerebut semuanya dari gue"
"Cincin, kalung, kasih sayang, laki-laki, masa depan, semua udah elo ambil dari gue!" lanjut orang itu.
Orang itu beranjak balik ke tempat ia berdiri tadi.
Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda yang mungkin membahayakan?
Pistol.
Iya benda yang selalu ia gunakan setiap ia meneror kesembilan gadis cantik ini, pistol yang sama, bahkan di pistol itu masih ada bercak darah yang sudah mengering.
Orang itu mengangkatnya ke udara lalu menembakkan nya ke udara.
Dor
"Masih berfungsi ternyata" ujar orang itu.
Ia bergegas menarik salah satu dari kesembilan gadis itu.
Jisoo, ya dia menarik Jisoo, entah apa yang akan di lakukannya sekarang.
Ia mencekal tangan Jisoo dari belakang, lalu mengarahkan pistol itu ke samping kepala Jisoo.
Jika peluru yang berada di dalam pistol itu di tembakkan, sudah di pastikan akan mengenai otak dalam kepala Jisoo.
Jisoo menahan nafasnya, keringat nya bercucuran membasahi mukanya, tangannya bergetar.
Baru ingin orang itu menembakkan peluru di pistol itu, tiba-tiba saja ada suara yang membuat orang itu berdecak kesal dan langsung menoleh ke arah belakang.
Mereka ngapain di sini??? Batin orang itu.
"KALIAN SEMUA MAJU SATU LANGKAH, GUE PASTIIN JISOO BAKALAN MATI SAAT INI JUGA!" teriak orang itu.
Karena orang itu sedang menghadap belakang kesempatan ini diambil oleh Irene.
Irene beranjak pelan-pelan ke arah orang itu dan Jisoo, sangat pelan bahkan langkah kakinya tidak terdengar sama sekali.
Dan,
Hap, Irene menarik Jisoo lalu menarik Jisoo dan menyuruh teman-temannya lari mengikutinya.
Melihat Jisoo dan teman-temannya lari, tanpa pikir panjang orang itu mengambil pistol satunya dan mengarahkan kedua pistolnya lalu menembak dengan asal-asalan.
Dor
Dor
Dor
Dor
DorKe lima gadis itu memegang dadanya.
Oh tidak, mengapa bisa peluru itu menembus dadanya??
Darah mengucur dengan deras, tanah di sekeliling mereka kini sudah mulai berwarna merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BlackVelvet [REVISI]
Fantasía[CERITA SEDANG DI REVISI] Cerita tentang anak anak generasi micin