Jemputan

70 1 0
                                    

HAPPY READING GUYS
VOTE & KOMEN
THANKS!

Sudah belakangan hari ini, Bima terus mendapatkan pesan dari Sussan. Mantanya.

Bima tak pernah menggubris, Bahkan hanya melihatnya saja pria itu sudah malas. Ia arsipkan atau hapus pesan secara cepat.

Keinginan Ayahnya yang untuk menjauhkan Sussan dari anaknya benar benar Bima patuhi. Bima sempat berfikir ulang, apa yang dikatakan Frans ada benarnya juga.

Sussan selalu meminta apapun sesuka hatinya, ya. Walaupun Bima tak masalah dengan Nominal harga yang harus dikeluarkan detik itu juga.

Akan tetapi, Jika hal itu terus dibiarkan, Rasanya tidak benar juga. Bima yang akan dipintakan pertanggung jawaban dengan Ayahnya. Kemana uang yang setiap bulan ditransfer? 50juta untuk satu bulan rasanya cepat sekali.

Dan mengenai perselingkuhan, Bima sepertinya mulai percaya bahwa Sussan benar benar melakukan hal tersebut. Pria itu tak perlu lagi menelusuri kebenaran nya, Kalau memang ucapan Ayahnya tak bisa diragukan kembali.

Terdengar bunyi pintu diketuk, Bik isti masuk dengan membawa baki makanan berat dan juga segelas air mineral dingin untuk Bima.

Pria itu enggan kebawah untuk mengambil makan malam nya sendiri.

"Makasih Mbak," Mbak sti mengangguk. "Oh iya den, Kayaknya Mbak pernah liat temen aden yang dibawah." Perkataan mbak Isti barusan membuat dahi Bima berkerut.

Siapa yang mau main? Teman teman nya sama sekali tidak ada yang mengirim pesan untuk kumpul dirumah Bima malam ini. Teman yang mana?

"Siapa Mbak?" Bima bangkit dari Ranjangnya.

Mbak isti menggeleng, "Mbak nggak tau namanya, Yang jelas perempuan."

"Perempuan?"

"Iya den."

Bima memasangkan sandal kamar padi kakinya secara cepat, Pria itu buru buru keluar dengan sedikit berlari. Saat sampai dilantai bawah, Rasanya tak asing lagi melihat punggung dengan Rambut Blonde sampai melebihi bahu.

"Noora! Ngapain lo malem malem kesini?" Bima mengambil langkah sampai disamping Noora.

Noora tak membalas, wanita itu masih terisak pelan sambil memegangi lutut nya yang berdarah. Bahkan jari jari kakinya ikutan terluka juga.

Ada apa sebenarnya?

"Eh elo kenapa? Ko bisa gini!" Bima panik, Ia duduk mendekat disamping Noora. Saat dilihat lagi, Tangan Noora ikutan basrut juga.

"Lo jatoh dimana la?" Tanya Bima lagi.

"Brisik! Sakit ini." Sentak Noora, Bima mengatupkan mulutnya kembali saat ingin bertanya.

Tiba tiba saja Frans datang dari arah dapur, Membawa kotak obat dan juga Semangkuk air dingin bersamaan dengan Kompresan.

"Maafin om ya dek, Om enggak lihat kamu lewat tadi." Noora mengangguk pelan.

"Kenapa bisa gini La?"

"Kamu kenal anak ini?" Frans bertanya sebelum mengeluarkan obat obatan dari kotak.

"Temen Bima sekolah," Sahut Bima.

Frans mulai membuka alkohol dan dituangkan sedikit ke kapas. "Ayah enggak sengaja nabrak, dideket tukang nasi goreng."

"Nabrak?"

Frans mengangguk, "Jangan tanya mulu Bima, Bantuin ayah obatin!"

"Iya iya."

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang