Ingus dan Pelukan

68 1 0
                                    

HAPPY READING GUYS
VOTE & KOMEN
THANKS!

Bima menatap haru pada lembar foto masa kecilnya dahulu, Disana terlihat figur Bima yang sedang memegang sebuah Robot dan diapit oleh kedua orangtuanya.

Mereka sedang keliling berbagai Negara, seraya merayakan aniversarry ulang tahun pernikahan kedua orangtua nya. Bima sedang berada di Disneyland Tokyo.

Bima sangat ingat sekali, Ia terkekeh pelan melihat tampilan giginya yang tampak Reges karena terlalu sering makan permen. Saat itu Bima tak mau senyum, Ia malu memarekan giginya.

Didepan nya, Ada anak kecil perempuan sebaya dengan nya dan diam diam memperhatikan Bima yang sedang bersua foto. Saat itu, Bundanya memperhatikan Bima yang curi curi pandang pada anak kecil didepan nya.

Bundanya menggelengkan kepala. Ia tak habis fikir dengan kelakuan anak umur 6tahun yang malu memarkan giginya yang nampak hitam, Setelah bundanya memaksa agar Bima tersenyum.

Lain hal yang dilakukan Bima, Anak itu sudah kelewat kesal pada sang Bunda. Bima memamerkan seluruh giginya dengan mata melotot. Bima yang kecil itu tak perduli jika wanita kecil yang didepan nya tertawa karena melihat gigi Bima!

Bima jadi merindukan kehangtan keluarganya seperti dahulu. Sosok Bima yang menjadi anak satu satunya dirumah, Membuat ia merasa spesial dan tersayangi.

Bima mengelus figur foto bundanya disana, "Bunn.. Bima kangen." Ucapnya melirih, Matanya nampak berkaca kaca.

Kata siapa, Bima kuat! Bima bukan seperti yang kalian bayangkan. Bima sangat butuh kehangatan keluarga, Butuh kasih sayang. Butuh keharmonisan dari keluarganya.

Bima bisa menangis, Apalagi kalau melihat orang yang paling disayanginya merasa tersakiti. Bima menghela nafas pelan dengan mata memejam.

Pintu kamarnya yang berdecit membuat Bima kaget dan langsung menaru fotonya dibawah buku cetak diatas meja.

Frans masuk, Kali ini ia memakai celana santai dan kaos polos. "Tumben kamu belajar, Nah gitu dong." Frans menepuk bahu putranya nampak bangga.

Seenggaknya, Bima masih bisa dikasih tau dan tak mengulang kesalahan yang sama. Bima tersenyum tipis dengan tangan yang masih memegang buku yang sudah terbuka.

"Iya, Tumben Ayah kesini?" Bima menatapnya salah tingkah. Frans terkekeh menanggapi pertanyaan Bima barusan.

"Kata siapa? Ayah selalu kesini kok. Kamunya saja yang jarang dirumah, Sukanya kelayapan keluar malam. Kaya anak brandalan." Perkataan Frans barusan membuat Bima tertohok.

Bima tersenyum tipis, "Maafin Bima Yah" Frans mengangguk samar dan menepuk pundak Bima secara Jantan. "Sudahlah lupakan, Seharusnya kegiatan positif yang kaya gini, Harus kamu banyakin Bim!"

Bima mengangguk mengerti, Frans tiba tiba jadi teringat dengan Noora. "Teman kamu, Bagaimana?" Tanya Frans dan tersenyum kecil.

"HAH?"

"Temen kamu yang perempuan ituloh, Yang nggak sengaja Ayah tabrak Bima." Ujar Frans tak sabaran.

Bima mengangguk pelan dan bertanya, "Iya, Kenapa?" Tanya Bima heran. Frans mengusap wajahnya berusaha sabar.

"Ayah tanya kamu, Kenapa kamu tanya balik Bima! Allahuakbar." Frans mengusap dadanya pelan. Bima tertawa karena malu. Tak biasanya otaknya lamban bekerja.

"Oww Noori?" Tanya Bima tertawa.

Frans melotot, "HEH?!" Apa nggak salah namanya. Bima mengibaskan tangan dan teringat. "Maksud Bima, NOORA!" ucapnya sambil menapas lega.

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang