Medusa

46 2 0
                                    

Untung saja mata pelajaran olahraga kelas Noora dijam pertama. Suasana masih terasa hangat dan juga matahari belum mencolok mengkilat. Surga dunia bagi mereka semua karena guru mapel ini terlambat datang.

Bima yang dipasrahkan untuk mengatur kelasnya oleh bidang kurikulum ikut berdiri dilapangan. Tepatnya dihadapan teman teman nya semua, tangan kanannya memegang bola basket.

"Dapet amanah dari pak Agus nih! Pak Hasan agak telat ngajarnya, tapi kalo dia dateng harus udah pada bisa. Nanti langsung ngambil nilai basket hari ini. Gunain waktu yang ada buat latihan, biar nggak malu maluin. Ngerti nggak?" Tanya Bima pada semua.

"Ngertiii!!!" sahut mereka serempak kecuali Banyu yang menatap Bima ogah ogahan.

Setelah semuanya berpencar untuk latihan, Noora lebih memilih duduk disisi lapangan yang cukup adem bersama Ratu dan Abel. Tak heran, Ratu memandang Noora yang terus mengulum senyum.

"Cielah yang baru ditembak! Ngerti dah ngerti. Tawa tawa sendiri, senyum senyum sendiri. Begitulah, ya nggak Bel?" Ratu menyindir Noora terus terang.

Abel yang sedang memainkan batu didekatnya menoleh, "Hah? Saha yang ditembak? Mati nggak?" Tanya Abel pada Ratu. Hal itu membuat Noora ketawa lebar.

Ratu memutar mata, "Kebo yang ditembak!"

"Kebo siapa? Disini mana ada kebo Tu!"

Pletak

Bukan Ratu namanya jika lagi kesal tidak menabok organ tubuh. Buktinya sekarang, Abel sedang mengusap jidatnya dan meringis pelan.

"Salah gue apa? Deket lo mah begini, lama lama badan gue biru semua." Abel ngoceh sendirian membuat Ratu menghela nafas.

"Mangkanya kalo orang ngomong diperhatiin! Si Noora baru ditembak sama Bima. Ya kan La? Ngaku aja Lo!?" Desak Ratu pada Noora membuat wanita itu mengangguk dua kali malu malu.

Abel yang terbilang lebay spontan memekik kencang dengan mata melebar, tidak tau kenapa Abel sebahagia ini mengetahui hal itu.

"Yang Boneng lo Tu?" Abel menepuk nepuk paha Ratu yang terbalut celana training panjang dengan semangat.

Ratu mengangguk, "Tanya aja sama orangnya, masih malu malu ayam si Noora. Dih, tai bangat. Ya nggak bel?" Ratu melediki Noora menerus membuat Noora salah tingkah.

Ia sesekali melihat Bima yang sedang berlatih dan melirik lagi kedua sahabatnya, "Udahlah nggak usah dibahas. Malu gue." Noora menutup mulutnya menahan tawa.

Ratu mendengus melihat sikap Noora yang seperti itu, "Hidih najisin amatt.. Pake malu malu segala! Pokonya PJ. Oke nggak Bel? Nge mall nih kita. Mantep nggak?" Ratu nampak minta persetujuan Abel. Abel mengangguk antusias.

"Kudu haruslah! Eh tapi serius La, lo jadian sama Bima. Hari ini kan?" Tanya Abel agak bingung. Mengingat sekarang tanggal berapa membuat Abel agak was was. Abel takut Noora dibohongin. Ya.

Tentu saja Noora mengangguk tanpa fikir, "Iya hari ini, tapi jangan pada cepu Ya! Gue malu kalo sampe bocor." kata Noora dengan tangan yang menunjuk kedua sahabatnya.

Ratu menyeletuk, "Iya elah, kalo misalnya ada yang tau juga nggak sengaja. Mulut kita kan suka keblablasan ya Bel? Namanya juga anak baik baik, susah diajak boong." Ratu ketawa lebar membuat Noora memutar mata.

Abel kembali menepuk bahu Noora, "Ya nggak La? Gue ngerih lo diboongin doang sama si kunyuk Bima satu itu. Sekarang tanggal satu April La? Lo lupa, kalo april Mop gimana? Malu Pe'a. Harga diri lo jatoh, Astaga!!!" Abel menepuk jidatnya.

Setelah mendengar perkatan Abel barusan membuat Noora kepikiran, omongan Abel ada benarnya juga. Kalau hanya candaan semata bagaimana? Dan yang lebih memalukan adalah, Noora sudah terang terangan mengaku soal masalah hatinya pada Bima tadi.

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang