Tamparan

56 1 0
                                    

HAPPY READING GUYS
VOTE & KOMEN
THANKS!


"BIMA!" Noora memanggilnya tak nyelo, Bima mengusap dadanya karena kaget. Sehabis berhenti didepan gerbang rumah Noora. Bima diam dan melamun.

Bima menoleh kaget, "Lo ngagetin Noori! Untung gue nggak punya riwayat jantung." Katanya Kesal, Noora hanya nyengir dan nampak berfikir sesaat.

"Bimbim!" Panggil Noora lagi, Bima menggumam dan menatapnya sekilas. Noora melepas seftybelt sebentar agar lebih leluasa menghadap Bima.

"Apaan sih manggil mulu, Demen lo?" Bima tertawa kemudian. Noora menatapnya dengan alis menaik.

"Gila dah!"

"Lo! Yang Gila!" Sahut Bima cepat.

Noora mendengus tak perduli, Kemudian berkata. "E-emm Bimbim, Mulai besok lo nggak usah anter jemput gue lagi." Ujar Noora.

Bima memandangnya dengan serius, kemudian melirik kaki Noora sekilas dan melihat perban sudah terlepas, "HEH?!" Sontaknya kaget.

Noora mengangguk cepat, "Iya! Besok lo udah bebas dari gue Bimbim. Gak perlu nunggu didepan rumah gue sampe lo kesel karena gue agak Lelet." Jelas Noora lagi.

Bima menggaruk hidungnya sesaat, "Apaan dah, Ini gue salah denger ato gimana?" Bima nampak tak mengerti dengan perkataan Noora. Ini belum seminggu sesuai janji Bima. Tapi, Noora menyudahkan begitu saja.

"Ihh! Mangkanya kalo orang ngomong tuh dengerin yang bener. Lo nggak usah jemput gue lagi Bimbim." Ulang Noora cukup sabar. Bima memandang Noora bingung.

"Kaki lo?" Tanya Bima menatapnya heran.

Noora menggeleng sambil tersenyum tipis, "Udah nggak sakit lah, Paling nyerinya masih sedikit. Bisa kok naek motor pelan pelan sama Ratu."

Bima mengusap wajahnya sesaat, Ia kembali menatap Noora lekat. ''Kalo bokap gue nanya gimana? Gue nggak mau ongkos gue dikurangin, Karena lo!" Seru Bima.

Noora terkekeh, "Bimbim..Otak lo cetek amat si! Lo kan bisa bikin alesan. Apake gitu, Kalo enggak jujur aja si. Gue udah sembuh dan nggak butuh tumpangan loo." Perkataan Noora membuat hati Bima merasa ada yang beda.

"T-tapi, La."

Noora menyelak, "Udahlah tinggal bilang gitu doang masa nggak berani, Cemen amat lo! Atau jangan--" Noora tersenyum penuh arti.

"Lo nggak mau ya pisah sama gue! Udah PW kan, Brangkat sekola ada yang nemenin. Apalagi orangnya kaya gue, Cantik begini." Noora tertawa geli.

Bima menggeleng dan terkekeh pelan, "Banyak banyak Istigfar la! Umur nggak ada yang tau."

Noora terbahak, "Anjir lo!" Ia memukul pundak Bima gemas. Noora menatap luar dan membuka pintu, "Udah ah, Mau masuk gue. Ngantuk." Noora terkekeh dan hendak keluar.

Bima menahan Noora dengan memegang bahunya, Noora menoleh dengan alis menaik. "Kenapa?" Tanya Noora seraya menatapnya.

Bima seperti ingin berbicara serius, Noora masih menunggunya agar Bima bicara. "Kenapa Bim? Kalo nggak jadi, Gue mau keluar." Kata Noora.

Bima berkata, "Itu la-" Bima tampak ragu, Sejujurnya ia sangat malu sekarang ini.

"Kenapa?" Noora heran, "Oh gue ngerti. Makasih ya Bimbim udah anterin gue selama ini." Noora nyengir lebar. "Gue peka kok! Lo mau gue bilang makasih, Kan?"

Bima mendesis dan menggeleng pelan, "Bukan itu!" Sahut Bima cepat, Noora agak melotot saat mendengar barusan. Kemudian pria itu mengambil sesuatu dikemudi belakang. Noora ikutan menoleh kebelakang juga.

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang