Perduli?

73 0 0
                                    

Sorry typo:'

Setelah makan malam yang diantarkan oleh Bik Minah ke Kamar nya tadi, Perut Noora sudah terasa sesak. Melihat segelas susu putih hangat yang diletakan diatas nakas, Rasanya tak berselera lagi.

Perutnya benar benar kenyang.

Noora masih terus membayangkan kejadian di Mobil tadi. Benar benar membuat Noora tak bisa lepas dari ingatan tersebut. Rasanya Noora senang sekali.

Kalo bisa dibilang, Noora sekarang malah senang bisa ditabrak oleh Om Frans. Kalau kecelakaan ini tak terjadi, Sudah dipastikan Noora tak bisa terus berdekatan dengan Bima.

Tak apalah kakinya terus nyeri, Serta luka basrutan ditangan serta lututnya. Itu bisa hilang dengan menggunakan salep Dokter.

Tapi kalo kesempatan? Rasanya tak mungkin datang untuk yang kedua kalinya. Dengan kejadian ini, Noora tak banyak berharap agar Bima sedikit care dengan nya.

Berdekatan dengan jarak kurang dari satu meter saja. Membuat jantung Noora terus berdetak hebat. Bahkan Noora tak jarang menahan nafas didekat Bima.

Bukan masalah bau mulut atau Napas. Akan tetapi, Menghalau semburat rona kemerahan yang tak bisa ia tahan dipipinya saat bersama Bima.

Noora tersadar dari lamunan nya saat mendengar pintu diketuk dua kali, sebelum Noora mempersilahkan masuk, Pintu itu sudah terbuka setelah didorong.

Lelaki terhebat bagi Noora sedang berada diambang pintu. Noora tersenyum lebar menyambut kedatangan Ayahnya. Sudah sekitaran satu minggu setelah Dinas, Akhirnya ayahnya pulang juga.

Noora benar benar rindu, Perlu kalian ketahui, dibanding dengan sang Bunda. Noora lebih dekat dengan sang Ayah. Sebagai anak, Noora merasa paling disayang dibandingkan dengan Naomi. Kakanya.

Walaupun tidak demikian, Rasa sayang terhadap anaknya sama rata. Tak bisa dibagi bagi. Anak serta istri bagi ayah Noora merupakan point utama untuk selalu membuatnya bahagia. Prinsip itu yang selalu ayah Noora pegang.

"Ayahh..." Noora menghambur dipelukan Darma. Darma balas memeluknya erat seraya mengusap ulang kepala anaknya dengan sayang.

Ini moment yang mengharukan bagi Noora. Terus seperti ini saat tak bertemu dengan Darma. Noora tak bisa menahan air matanya yang keluar. Tetesan berubah menjadi isakan. Noora terus merapatkan wajahnya pada ceruk leher Darma.

Mendengar anaknya yang terisak, Darma mengurai pelukan nya. Melihat wajah anaknya yang dibanjiri air mata. "Anak ayah kenapa?" Darma menatapnya lekat lekat.

Noora menggeleng dengan bibir yang mengerucut. Tangan nya menghapus pelan air matanya yang terus keluar.

"Masih sakit?" Tanya Darma khawatir.

Saat pulang tadi, Bik Minah langsung menceritakan kejadian yang dialami oleh putrinya. Noora kecelakaan, dan pada saat itu terjadi, Darma tidak ada disampingnya. Setidaknya memberikan perhatian lebih untuk sang putri.

Darma sebagai ayah merasa gagal. Bukan masalah ia tak bisa membahagiakan nya. Bukan itu, Tetapi Darma belum bisa menjadikan dirinya sebagai sosok sang istri.

Yang mana, Saat Noora maupun Naomi membutuhkan dirinya untuk menumpahkan keluh kesahnya. Atau butuh bahu untuk bersandar saat salah satu diantara putrinya berada dititik lelah.

Darma tak bisa mengelak, Perkerjaan ini memang tak bisa di abaikan begitu saja. Akan tetapi, Melihat putrinya yang saat ini selalu kesepian karena tidak ada lagi sosok yang selalu berdekatan denganya. Darma jadi berfikir ulang, Apakah ia harus mencarikan sosok ibu baru bagi anak anaknya?

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang