Tangisan

96 2 0
                                    


HAPPY READING GUYS
VOTE & KOMEN
THANKS!



Bima menatap malas pada Roti bakar dengan isi selai ovaltine bercampur keju.
Tiba tiba saja nafsunya makan nya mendadak hilang saat bayangan Sussan bersama pria itu terlintas diotaknya.

Sehabis hal itu terjadi, Bima belum mengirim pesan apapun kepada Sussan. Dan juga Sussan belum mengirim pesan apapun terhadap Bima.

Seolah keduanya kompak. Tidak membalas ucapan cinta saat hendak tidur. Dan mengucapkan kata kata manis dipagi hari.

"Dengan hanya memandang Roti kamu, apakah bisa kenyang?" Frans menyindir anak tunggalnya secara langsung.

Pria setengah baya tersebut masih terlihat kokoh. Bahkan tampilan nya saat ini tak menunjukan bahwa pria itu sudah memasuki kepala lima lebih.

Uban putih sama sekali tak terlihat dirambut berwarna tembaganya. Ototnya yang masih terjaga seolah menunjukan bahwa Frans pribadi yang pandai merawat diri dan rajin berolahraga.

Belum lagi, tidak ada sama sekali kerutan disekitar dahi bahkan wajahnya. Ya karena, Frans pandai menjaga tubuhnya.

Bima membalas dengan deheman kemudian tersenyum samar membalas tatapan Ayahnya tersebut.

"Sebentar lagi muka kamu akan berubah tua, jika kamu terus memikirkan hal yang tak berguna." Frans berkata lagi sambil menikmati hidangan paginya

Bima mendengus, "Aku sudah dewasa yah. Tau yang baik dan yang buruk juga." Bima berkata, tangan nya bergerak memotong roti dengan terpaksa.

Frans mengangguk sesudah mendengr putranya berkata. "kalau tau, kenapa memilih perempuan saja kamu tidak becus." Frans membalasnya.

Gerakan tangan yan hendak menaru roti kedalam mulutnya terhenti. Dahinya berkerut dalam, dari mana Ayahnya tau mengenai soal percintaan nya.

Bima terdiam, tidak mampu bersura yang ujung ujungnya mengakibatkan perang mulut dimeja makan tersebut.

"Kenapa kamu diam? Bisu mendadak iya. Haha." Frans terkekeh seraya melihat putranya yang masih menunjukan muka bingung.

"Stop urusin hidup Bima yah. Bima tau mana wanita yang baik dan yang bukan." putus Bima.

Mulut Frans membeo. Ternyata anaknya ini sudah mulai pandai berkata, "Oke kalo itu mau kamu. Ayah taakan urusi hidup kamu. Ayah berharap saat ayah pulang nanti kamu sudah tidak disini lagi." kata Frans enteng.

"Semua milik kamu mulai dari hp, mobil, motor dan barang lainya Ayah ambil!" Frans sudah mulai terpancing emosinya.

"Kalau tidak bisa diatur, Silahkan angkat kaki. Ayah tak sudi mempunyai anak yang pembangkang!" Setelah mengucapkan itu Frans berdiri. Kemudian mengambil tas kerja yang berada disinya dan pergi begitu saja.

"Arghhhh." Bima mengacak rambutnya frustasi.

Pelayan yang berada didekatnya secara perlahan mundur kebelakang. Takut jika majikan nya tiba tiba saja menghempaskan piring piring kristal yang berada dimeja makan.

******

Noora jalan terlebih dahulu saat kendaraan yang dibawa ratu terpakir disekolah. Lima menit lagi bel sudah masuk, Pr minggu lalu belum sempat ia kerjakan.

Niatnya sih tadi malam Noora ingin segera menuntaskan nya. Tetapi Tubuhnya meminta untuk segera disandarkan pada tempatnya.

Noora ketiduran dan lupa akan tugasnya.

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang