April mop?

102 1 0
                                    

Bima sempat menolak tawaran Rachel barusan untuk memintanya diajarkan bermain basket, tetapi Rachel terus mendesaknya. Bahkan sampai mengancam Bima akan diadukan pada pak Hasan. Bima yang diberikan amanah tetapi tak mau membantu.

Bima mengusap dahinya yang sudah dibanjari keringat, ia menatap Rachel dan mendesah. "Bisa nggak, tekniknya yang gue ajarin barusan Chel. Ayo coba lagi." Kata Bima nampak memberikan semangat.

Rachel menggeleng dan mengambil bola dibawahnya, wanita itu ingin mencoba lagi sampai bisa. "Liatin dulu mangkanya, ini tangan gue bener nggak ngarahin nya, Bim?" Rachel memandang Bima sambil merengek.

Bima meliriknya dan mengangguk, "Bener, coba lo Shoot sekali lagi." kata Bima. Ia mundur selangkah dan memperhatikan Rachel dari belakang.

Saat percobaan yang terakhir, akhirnya bola itu berhasil masuk juga. Melihat itu Rachel kegirangan dan menatap Bima yang dibelakangnya.

"Gue bisa Bim!" Rachel memekik sambil memegang erat tangan Bima. Bima melihat itu meringis dan tersenyum tipis. Ia menjauhkan diri dua langkah dari posisi Rachel.

"Gampang kan? Kalo lo sering latihan juga bisa Chel. Jangan ngeluh nggak bisa kalo belom coba." perjelas Bima kemudian. Rachel mengangguk dua kali makin semangat.

Bima dikejutkan dengan kedatangan Banyu dan Noora, apa apan ini. "Gantian dong! Gue juga mau ngajarin Olla juga kali. Emang lo doang yang bisa ngelatih." Banyu tertawa seraya mengambil bola yang dipegang Rachel.

Banyu menyerahkan pada Noora dengan senyuman, "Ayo La gue ajarin. Pasti lo langsung bisa!" Noora mengangguk ragu.

Bima memandangnya dengan sorot tak suka, Noora yang ditatap seperti itu hanya membuang muka sambil menunduk.

Bima mendekat dan menarik tangan Noora mendekat, "Kenapa nggak minta ajarin sama gue, La?" Tanya Bima ketus dengan tangan yang memegang erat.

Noora menatapnya sengit dan menghempaskan cekalan tersebut, "Bukan nya lo lagi sibuk sama si Rachel, latihan aja sama dia. Lo nggak usah sok perduli Bim, Banyu juga bisa kok bantuin gue latihan." jawab Noora kesal.

Bima terkekeh dan menarik tangan Noora lagi, buru buru Noora tepis dan menjauh dari Bima. "Jangan kayak bocah deh La. Kalo mau minta ajarin gue tinggal bilang aja, nggak usah segala minta tolong sama Banyu!"

Mendengar namanya disebut sebut Banyu sedikit geram, "Hak lo apa ngatur Noora segala, Heh!" Banyu tertawa nampak meledek.

Giliran Bima yang menatap Banyu tajam, bahkan Noora dengan jelas melihat ekspresi Bima yang berubah seram. "Asal lo tau, Noora itu-"

"Bimbim!" Noora membekap mulut Bima erat dan menariknya jauh dari posisi Rachel dan Banyu.

Rachel jadi merasa tak enak juga kalau ia ikut terlibat dalam permasalahan ini. "Lo latihan sama Rachel ya! Gue mau ngomong sebentar dulu sama Bima." Noora berkata pada Banyu yang terus memandang Noora semakin menjauh.

••••

Noora menarik tangan Bima sampai pada Taman baca, cukup rindang dan terlihat adem, karena keberadaan pohon besar yang melindungi dari sinar matahari. Tempat ini merupakan salah satu favorit warga sekolah.

Noora duduk ditempat yang tersedia, posisinya membuang muka enggan menatap Bima disampingnya. Keduanya diam seakan tak mau menjelaskan kesalahan nya masing masing.

Karena Bima tak tahan, pria itu membuang nafas besar dan menarik tangan Noora. Noora menatapnya sengit dengan alis menaik. Wajahnya nyolot sekali.

"Lo kenapa?" Bima membuka suara.

Noora menatapnya aneh dan menepis tangan Bima. "Lo yang kenapa? Ngata ngatain segala." tutur Noora kesal.

Bima lupa, ia tak ingat mengatai Noora apa barusan. "Apasi? Ngatain apaan? Lo yang sama si Aer, kegatelan bangat." Bima terkekeh sinis.

Noora mengepalkan tangan menahan kesal, apa Bima tak ingat dengan kejadian barusan. Seharusnya Noora lah yang melempar perkataan itu pada Bima.

"Nggak ngaca! Tadi pagi, lo baru tembak gue. Nggak ada setengah jam udah kegenitan sama si Rachel. Bimbim.. Lo lucu bangat sumpah!" Noora ketawa ironi.

Bima terkekeh pelan dan kembali menatap Noora lagi, "Kegenitan apaan? Rachel cuma minta diajarin doang? Emang salah?" Tanya Bima, ia tak mau sepenuhnya disalahkan.

Noora menggeleng, "Nggak kok nggak salah, gue juga nggak salah kan kalo minta ajarin sama si Aer? Bener, kan?" Noora menaikan kedua bahunya sambil bertanya.

Bima menggeleng tak suka, "Ada gue, kenapa harus sama si Banyu! Emang lo nya aja yang kecentilan Noori!" Bima mendengus dan membuang muka.

Lagi lagi Noora balas menentang, "Cowok bukan lo doang yang bisa main basket, kenapa Rachel harus minta ajarin sama Lo. Pake segala pegang pegang dari belakang, mentang mentang Rachel bodynya mantep!"

"Apasi La? Kenapa bawa Rachel segala. Dia cuma minta tolongin, TOLONGIN Noora. Yallah, lo jangan salah paham sampe sejauh itulah." Bima memandangnya dengan sorot tegas.

Noora membuang muka, matanya nampak berkaca. Entah kenapa perkataan Bima membuat dadanya terasa sesak seperti ini tak seperti biasanya.

Bima membuang nafas dan menarik wajah Noora agar menatapnya, "Jangan nangis." suara Bima melembut, pria itu menghapus air mata Noora yang perlahan keluar.

"Jangan nangis La! Gue minta maaf! Iya gue ngaku salah." putus Bima. Lebih baik dia mengalah.

Noora menjauhkan badan nya dan menepis tangan Bima, "Gue nggak butuh minta maaf dari lo kok. Nggak Bim, cuma lo tau posisi aja sekarang. Bukan cuma lo yang punya hati disini, gue juga!"

Bima terdiam sesaat, Noora kembali berkata. "Gue nggak tau maksud lo nembak gue apa? Entah bener atau bohong?"

Bima mendongak dengan alis berlipat, "Bohong? Bohong apanya sih? Gue serius La. Gue emang bener bener nembak lo tadi pagi dengan keadan sadar, apalagi? Gue harus jelasin darimana lagi biar lo percaya. Lo cewek gue sekarang La! Cewek gue." Tutur Bima.

Noora cemberut, "Berarti bukan April Mop? Lo nggak lagi ngerjain gue sekarang kan? Bimbim?" Tanya Noora dengan bibir melipat.

Mendengar itu, Bima menahan tawa dan lebih memilih mencubit pipi Noora sekilas, "Masih aja april Mop-an segala. Norak! Siapa yang cerita, pasti ada yang ngompor ngomporin kan, siapa?" Bima bertanya lembut pada Noora.

Wanita itu menggeleng dan tak mau menjawab, Bima tertawa pelan karena sudah bisa menduga, "Antara Ratu sama si Boneka setan nih. Pasti, kan?" Tanya Bima kembali.

Noora mengangguk pelan dengan muka cemberut, Bima kembali berkata. "Begini nih kalo punya temen yang mulutnya banyak, udah gitu temen nya gampang dibego begoin lagi. Makin jadi aja." Bima ketawa.

Noora yang dikatain seperti itu jelas tak terima, ia mencubit perut Bima. Bahkan sampai menabok lengan pria itu yang terbilang kekar, "Jahat!"

"Iya, gue tau.. Gue ganteng kok."

Noora menggeram kesal karena Bima merspon demikian, "Taulah! Sana ajarin si Rachel lagi sampe bisa. Jauh jauh dari gue!" Noora berucap ketus. Masih marah.

Melihat Noora yang kembali marah membuat Bima semakin gencar untuk menggoda, "Yakin nih?" Bima beranjak bangun dan melirik Noora sambil menahan senyum.

"Yaudah, gue duluan." baru satu langkah berjalan, Noora pun teriak.

"Bimbim!!! Ishhh! Sono pergi yang jauh, nggak usah balik lagi. Dasar kadal busuk!" Noora mengumpat dengan mata memerah, ia bahkan menggenggam erat roknya karena kesal.

Bima ketawa dan berbalik, ia menghampiri Noora yang masih duduk dengan amarah memuncak, "Pacar siapa sih? Marah mulu buset dah!" Bima mencubit gemas hidung Noora.

"Pacar setan!"

Bima ketawa dan menarik tangan Noora sampai wanita itu berdiri dengan ogah ogahan, "Jangan ngambek mulu Noori! Makin tua nanti." kekeh Bima sambil menariknya ke lapangan kembali.

"Lo nya ngeselin!" Noora kembali berkata ketus.

Bima menahan senyum dan berkata, "Love you. Tapi Boong.. Hahaha.."

"Bimbimm!!!"

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang