Bianglala

61 2 0
                                    

HAPPY READING GUYS
VOTE & KOMEN
THANKS!



"Gue bilang apa! Jangan naik kalo badan lo nggak bisa nyesuain sama permainan nya Bimbim! Mabok kan lo." Noora ngomel pada Bima sehabis naik kora kora.

Bima sampai mau menangis, Permainan setan itu membuat dada Bima nyaris tak berdetak. Yang bikin Bima naik pitam adalah abang abang yang berdiri dipaling atas, Bima tau abang itu joki dari permainan ini.

Tapi, Jangan sampai membuat penumpangnya sampai semaput seperti Bima. Bima berteriak agar permainan itu segera berakhir. Bukan nya berakhir, Kecepatan nya malah ditambah dan durasinya lebih panjang.

Bima bersumpah! Kalau dia tak mabok seperti sekarang, Bima sudah menarik abang abang tersebut dan memberikan sebuah hadiah tonjokan telak.

Noora membawa Bima ke pinggiran pasar malem, "Lo kalah sama bocah bocah yang tadi, Noh dia naek lagi." Noora terkekeh.

Huwek huwek

"EH DIA MUNTAH!'' Noora kelabakan dan memegangi leher pria itu dari belakang, Tubuh Bima membungkuk dengan perut yang bergejolak.

Bima benar benar lemas, Bima bersumpah dan tak akan mau naik lagi wahana setan seperti ini.

"Masih mual nggak Bim?" Noora khawatir, Tangan nya masih memijat leher Bima lembut.

Bima mengusap mulutnya dengan kain handuk kecil yang ada dijacketnya. Bima selalu membawa, Pria itu kemudian mulai berdiri dengan mata berkaca kaca.

Noora benar benar tak tega melihat Bima yang payah seperti ini, "Duh! Gue nggak bawa minyak kayu putih lagi Bimbim." Noora panik, "Gue beliin teh anget ya? Biar nggak mual lagi." Kata Noora.

Bima hanya mengangguk lemas dan minggir, Pria itu bersandar pada sisi seng pagar pasar malam. Noora segera ngibrit begitu saja.

Tak sampai lima menit, Noora datang sambil membawa segelas teh hangat. Ia memberikan nya pada Bima. "Minum dulu Bim, Pelan pelan." Kata Noora.

Setelah meminumnya, Bima membuang nafas lega. Perutnya sudah tak se eneg tadi, Lebih terasa enakan setelah Noora memberikan teh hangat. "Makasih La." Kata Bima lemas.

Noora mengangguk dan kembali berkata, "Pulang aja yuk! Takut lo kenapa napa lagi, Kalo masih pusing mendingan gue aja yang bawa mobil lo." Kata Noora pada Bima.

Bima menyerahkan gelas itu pada Noora, ia memandang Noora sayu dan berkata. "Sorry La. Gue jadi nyusahin kek gini, Malu maluin banget! Astaga." Kekeh Bima perih.

Noora menggeleng dengan mata berkaca, "Ngomong apasi! Gue diajak kesini aja udah seneng. Jangan segala ngomong yang nggak enakin begitu Bimbim. Gue nggak mau denger." Noora cemberut pada Bima.

Bima tertawa dan menarik Noora mendekat. Entah sadar atau masih mabok, Bima memeluk Noora erat. Dagunya disandarkan pada pucuk kepala Noora.

Hati Noora jadi meledak ledak merasakan hal ini. Pipinya bersemu dan membalas pelukan Bima yang terasa hangat. Tentunya bikin Noora merasa aman dan nyaman.

Bima mengusap kepala Noora seperti anak kecil, Bima juga kembali menghirup aroma rambut Noora yang memabukan. Aroma yang membuat Bima betah memeluk Noora. Pria itu mengecup puncak kepala Noora tanpa ia sadari.

Jantung Noora makin dag dig dug. Kalau ini mimpi, Noora berharap tak terbangun dari mimpi indah ini. Kalau nyata? Tolong sadarkan Noora sekarang juga.

"Bimbim.." Noora mencicit pelan dalam pelukan besar Bima. Pria itu membuka mata dan tersentak dengan posisinya lagi memeluk Noora.
Bima melepasnya dengan salah tingkah, Bima mundur selangakah dan menatap Noora dengan sorot bersalah, "Sorry La! Duh malu maluin banget, Gue. Anjink!" Bima mengutuk sambil mengacak rambutnya.

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang