Sungguhan?

135 4 0
                                    

HAPPY READING GUYS
VOTE & KOMEN
THANKS!


Bima menatap ragu pada kolom Chat pertemanan nya dengan Noora. Hanya untuk mengetik pesan singkat, sampai sampai Bima harus mengeluarkan tenaga ekstra.

Kalau Sussan, Bima tak usah pusing dengan wanita itu jika marah. Bima cukup mengajak Sussan ke mall dan memberikan barang branded pada wanitanya.

Tapi kenapa sama Noora rasanya berbeda sekali, atau ia gengsi mengechat kepada musuh?

Setelah menyimpan nomer Noora dari grup kelas. Bima ingin meminta maaf, sebenarnya sih pria itu segan melakukan nya.

Akan tetapi Reno terus mendesaknya untuk melakukan hal tersebut.

"Lama bangat tinggal nulis. La gue minta maaf susah bangat si!" Reno berujar sinis.

"SABAR!" Bima menyentak.

Berulang kali tangan nya mengetik maaf, tapi untuk mengirim pesan itu langsung kepada Noora terasa berat.

Noori maafin gue.

Lo yang salah! Lo yang minta maaf dong.

Woy gue minta maaf!

Ini gue bima! Lo minta maaf cepet.

Ketikan semua itu Bima hapus kembali. Ia mendesis kesal, Masa ia yang harus minta maaf duluan sih. Gengsi dong.

Ah Bima pusing harus mengirim pesan apa sekarang, Reno gampang sekali bilang seperti itu, tetapi kan Bima yang ngejalanin.

Masa harga dirinya runtuh sih! Hanya untuk minta maaf ke Noora.

"Udeh belom Sms nya?" Tanya Reno memastikan.

Bima meliriknya sekilas, kemudian mendengkus kasar, "Auamat lah gausah!"

"DIH PEAA! Seterah lo dah, males gue bilangin nya." ujar Reno tidak perduli. Pria itu melanjutkan memakan snack diatas meja, dan melanjutkan tontonan kungfu ditelevisi.

Bima menegakan badannya, ponselnya ia letakan diatas nakas, kemudian Bima menjatuhkan tubuhnya dikasur. Pria itu menarik selimutnya sampai mentupi sekujur tubuhnya.

Reno yang melihat aksi Bima barusan hanya bisa berharap, Bima tidak mati kehabisan nafas dibawah selimut sana.

Sepuluh menit berlalu, Reno melirik Bima. Pria itu belum berpindah posisi, bahkan Reno perhatikan dengan jelas Bima tidak ada pergerakan sama sekali.

Tidak mau berperasangka buruk terlebih dahulu, akhirnya ia menghampiri ranjang Bima. Memperhatikan dari jarak dekat, ternyata selimutnya masih bergerak seiring dengan deru nafas Bima dibalik sana.

Reno mengelus dadanya, "Bikin panik aja lo, kirain gue lo mati Bim." Gumamnya pelan sambil menatap Bima yang terlelap.

Reno tersenyum jahil menatap Ponsel Bima yang tergeletak diatas nakas, diam diam pria itu mengambilnya secara perlahan.

NOORA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang