| 031 | GBGB

620 55 13
                                    

031

~Good Boy Gone Bad~

Di malam hari, Jay sedang dalam posisi tidur di kamarnya sembari menatap langit-langit kamar. Berkali-kali dirinya menghela napas yang terkesan berat. Di tambah lagi matanya memerah. Kenapa ia menangis? Apakah ada seseorang yang menyakiti dirinya? Atau mungkin ada alasan lain yang membuat dirinya bisa meneteskan air mata?

***

Di hari Minggu pagi, Karin sengaja jalan pagi mengelilingi desanya. Sebab dirinya merasa kurang kerjaan. Ia memakai sepatu kets putih, celana training panjang berwarna hitam dengan white line di sisi kanan kiri celana tersebut. Kaos biru tua berlengan panjang. Handuk kecil terkalung di lehernya. Rambut panjangnya ia ikat tinggi.

Ketika Karin berbelok hendak menyusuri gang, tiba-tiba, "aduh!" Karin mengaduh sebab seseorang menyandung kakinya. Ia tiup poninya itu sebab merasa kesal. Karin mendongak ke arah seseorang yang menyandungnya dan menyadari Jay berdiri dengan angkuhnya. Jay menggunakan sweater berwarna abu-abu, celana jeans abu-abu, dan rambutnya masih basah sebab mungkin habis mandi.

"Bangun." Jay mengulurkan tangannya untuk membantu Karin berdiri.

Tanpa basa-basi, Karin menerima uluran tangan Jay, sebab pria itu mengucapkan dengan nada serius. Serius berniat membantu dirinya yang sedang terduduk di tanah. Jay menarik Karin cepat dan langsung membenturkan tubuh Karin ke dinding gang. Hal itu membuat Karin mengaduh lagi. Punggungnya terasa sakit.

"Kamu mau ngapain lagi?" Kali ini Karin berani menatap mata pria yang menyakitinya berulang kali.

"I hate you," sahut Jay dengan nada ditekan. Ia mengunci Karin di gang seperti biasa.

"Alasan kamu benci sama aku, aku perlu tau."

"Seharusnya kamu sudah tahu alasan aku benci sama kamu dari dulu!"

"Tapi aku ngrasa nggak pernah bikin kamu itu jadi benci sama aku!"

"Hah!" Jay tertawa miris, "ingat baik-baik kenapa aku itu benci sama kamu!" Jay menonjok dahi Karin. Beberapa detik kemudian, Jay langsung meninggalkan Karin di gang itu.

Karin bersihkan celana training bagian lutut yang kotor. Saat ia membersihkan celananya itu, ia mengingat-ingat kenapa Jay bisa membenci dirinya. Satu fakta yang hari ini Karin dapat ketahui. Jay menyakitinya sebab ia membenci dirinya. Mungkin sangat membencinya.

"Lain kali jangan lewat sini, Rin! Apes banget kayaknya, kalo kamu lewat sini," ucap Fino menyadari Karin sepertinya habis jatuh tersungkur ke tanah sebab tersandung. Kenapa setiap Karin telah disakiti oleh Jay, Fino selalu muncul setelah itu!

"Mungkin ada benernya! Lain kali aku coba lewat jalan lain," sahut Karin dengan wajah cerianya itu.

"Oh iya! Pas hari Jum'at kemarin, kamu pulang sama siapa?" tanya Fino sembari berjalan beriringan dengan Karin.

"Ooh itu, namanya Kiki. Siswa baru, sekelas sama aku," jelas Karin dengan enteng.

"What?" ucap Fino dengan nada seperti aktor Hollywood sungguhan, "Siswa baru sudah berani ngedeketin kamu?" lanjutnya.

"Ngedeketin apaan? Kebetulan rumah dia itu searah sama aku, jadinya dia ngajak aku pulang bareng deh."

"Ooh. Tapi jangan nyampe kamu jadian sama tuh bocah, oke!

"Kalo jadian, kenapa emangnya? Lagian visualnya juga oke ... hehe," ucap Karin dengan nada meledek.

"Aku bakal hajar tuh bocah nyampe babak belur!" sahut Fino sembari mengepalkan tangan kanannya dan memukul-mukulkan tangannya itu ke tangan satunya.

"Ish. Kamu masih ada rasa sama aku ya..."

"M―ya. Eh! Maksudanya enggak. Ngapain aku masih suka sama kamu? Di sekolah sana masih banyak cewek yang lebih cantik dari kamu."

Wajah Fino yang putih seperti orang Amerika itu menampakkan rona merah. Lehernya juga berkeringat. Ia usap lehernya yang keringatan itu dan langsung berjalan mendahului Karin.

"Tuh laki apa cewek? Bukannya aku yang malu nanya kayak gitu? Malah sebaliknya," ucap Karin setelah Fino berjalan mendahuluinya.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang