023
~Good Boy Gone Bad~
Keesokan harinya, tepatnya setelah hari Minggu, Jay berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Ia berangkat jalan kaki. Itu karena SMA-nya tidak jauh dari letak rumah. Ia masih mengingat-ingat kejadian malam tadi. Ia mabuk di pos ronda RT sebelah dan seorang gadis mengantarkan dirinya pulang ke rumah. Ia ingat hal itu setelah mencoba mengingat dengan susah payah.
"Kenapa pake minum-minum segala coba?" tanya Jay pada dirinya sendiri. "Hah!" Ia tendang kerikil yang ada di hadapannya sebagai pelampiasan.
"Jay!" panggil salah satu guru di sekolahnya dari arah kantor. "Kesini sebentar!" lanjutnya. Siapa coba yang tidak kenal dengan sosok Jay si ketua OSIS.
"Iya, Bu," respon Jay dan langsung berlari mendekati guru itu, "ada apa ya, Bu?" lanjutnya ketika sudah sampai di depan guru itu.
"Nanti di jam pertama, ibu nggak bisa ngisi pelajaran matematika. Jadi, ada tugas buat ngerjain soal. Ini ada soal latihan. Pilihan ganda tiga puluh soal. Suruh bendahara fotokopi sesuai jumlah siswa dan kerjain di kertas folio. Harus dikumpulkan hari ini juga," jelas guru itu lalu memberikan beberapa lembar kerta HVS yang berisi soal-soal matematika kelas XII.
"Siap, Bu," ucap Jay dan langsung permisi meninggalkan guru itu. Ia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Nggak bisa ngajar masih aja ngasih tugas! Kali-kali jamkos tanpa tugas napa?" gerutu Jay.
Jay berjalan santai menuju ruang kelasnya. Jam pelajaran matematika berlangsung selama empat jam di jam pertama. Masing-masing jam pelajaran adalah empat puluh lima menit.
"Matematika jamkos," ucapan Jay membuat satu kelas riuh sebab jamkos, "Tapi ada tugas!" Hal itu membuat teman sekelas Jay mendengus kesal.
"Fotokopi sesuai jumlah siswa, kerjakan di kertas folio, sekalian beli aja di fotokopian, terus harus dikumpulkan hari ini," lanjutnya seraya memberikan beberapa kertas soal matematika itu kepada bendahara kelas.
"OMG..."
***
"Pagi semuanya,"
Wajah Karin memang selalu ceria setiap hari ketika dihadapan teman-teman sekelasnya itu. Anaknya yang murah senyum, membuat dirinya memiliki banyak teman di sekolah maupun di desanya. Ia tidak memiliki teman akrab di kelasnya. Itu karena, ia lebih senang berteman dengan siapa saja tanpa memiliki teman akrab. Ia merupakan gadis yang senang sapa terhadap siapa saja.
"Ceria amat, Rin? Dapet gebetan ya?" tanya salah satu teman perempuan Karin yang dibalas dengan sunggingan bibir.
Karin langsung duduk di tempat duduknya. Ia teringat akan buku catatan IPA yang sempat dipinjam teman lelakinya itu.
"Alvin?" panggil Karin pada teman lelakinya yang sedang bersandar di pintu kelas menghadap ke luar kelas.
"Apa?" sahut Alvin yang langsung menengok ke arah Karin.
"Buku catatan IPA aku udah selesai?"
"Udah. Bentar aku ambil!" Alvin berjalan menuju kursi tempat duduknya. Ia ambil buku catatan Karin dari dalam tasnya itu, "tapi ada masalah, Rin," lanjutnya.
"Masalah apa?" tanya Karin.
"Waktu aku nyalin catetan kamu di teras rumahku, nih buku kamu ketumpahan minyak," jelas Alvin dengan tatapan penuh penyesalan.
"Hah! Bisanya ketumpahan minyak?!" bentak Karin pada temannya itu menyadari bukunya ketumpahan minyak.
Omelan panjang lebar mulai keluar dari mulutnya. Sikap cerewet telah menguasai dirinya saat ini.
"Harusnya kamu hati-hati dong! Catetannya kan ada yang pake pensil, terus kalo kena minyak ya ilang tulisannya, belum lagi nanti banyak semut."
"Maaf, Rin!"
"Ya udah nggak papa. Lain kali kalo minjem catetan aku jangan nyampe kayak gini lagi! Bisanya ketumpahan minyak ceritanya gimana?"
"Kan kemarin aku nyalin catetan ini pas hari Sabtu. Aku lupa-lupa terus mau nyatet sejak hari Selasa kemarin, jadinya aku kerjain di teras rumah sambil nyari udara segar. Terus, ibu aku pulang dari warung bawa minyak, nggak tau kenapa minyak itu bocor pas posisi minyak itu tepat ada di atas buku catetan kamu. Gitu," jelas Alfin.
"Oh."
Karin masih kesal akan kondisi buku catatannya saat ini.
***
"BU!"
"Kenapa? Bikin orang kaget aja?"
"Minyaknya tumpah,"
"Astaga naga! Padahal baru beli seperempat kilo minyak tapi udah maen tumpah aja. Mana harganya mahal lagi."
"Jangan pikirin harganya, Bu! Nih buku teman aku gimana? Mana pemiliknya cerewet lagi."
~Good Boy Gone Bad~
***
Karin itu gadis ceria, sedangkan Jay itu sifatnya seperti bunglon, berubah-ubah. Kadang hangat kadang juga dingin, dan dia itu galakkk
Votenya jangan lupa :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Gone Bad
Teen FictionLENGKAP ✔️ Jay, good boy yang menjadi sosok pria kejam. Tapi ia berhasil kembali menjadi good boy karena seorang gadis. Gadis itu menyelamatkan kepribadiannya. Ia diluluhkan oleh seorang gadis biasa. Karin, cintanya itu terbalas oleh pria yang ia su...