085
~Good Boy Gone Bad~
Saat jam istirahat berlangsung, keempat remaja itu, Jay, Karin, Fino dan Kiki, duduk saling berhadap-hadapan di bangku kantin sekolah. Karin memesan seporsi kentang goreng ditemani segelas es cappucino cincau. Ketiga temannya tidak memesan apa-apa. Mereka bertiga berkali-kali mencomot kentang goreng pesanan Karin.
"Beli sendiri napa," ucap Karin seraya menepis tangan Fino yang hendak mencomot kentang gorengnya.
"Kiki sama Jay aja boleh minta. Kenapa aku enggak?" sahut Fino seraya tetap mencomot kentang goreng milik Karin dan langsung melahap kentang goreng itu.
"Apaan si?" Karin kembali memakan kentang gorengnya.
"Jay itu suka sama kamu, Rin!" ucapan Fino membuat Karin dan Jay saling bertatapan. Perasaan canggung itu kembali muncul tatkala Fino mengatakan hal itu.
Jay yang merasa Fino telah membuat dirinya merasa gugup, mencubit sisi perut Fino keras. Membuat Fino sempat meringis kesakitan.
"Kalo ngomong jangan ngaco!" ucap Jay dengan nada lirih.
Karin yang merasa gugup, lanjut saja memakan kentang gorengnya itu. Kiki yang masa bodo, pun sama, berkali-kali mencomot kentang goreng Karin. Jay yang bingung mau bersikap seperti apa, mengambil smartphone-nya dari saku celana. Ia mainkan smartphone itu agar tidak salah tingkah.
"Ehm! Ehm! Kalian sama-sama suka kenapa masih dipendem si? Ungkapin dong perasaan kalian!"
Kali ini Kiki yang berbicara. Tidak ada yang dibicarakan oleh keempat remaja itu. Membuat Kiki kekurangan topik pembicaraan.
Jay yang tidak lagi bisa menahan rasa canggungnya itu, melengos pergi keluar dari area kantin. Ia tidak bisa lama-lama menahan rasa canggungnya itu. Sekarang saja keringat dingin sudah mulai keluar dari pori-pori tubuhnya. Jangan sampai ia mandi keringat jika terus-terusan berada di kantin itu.
"Huh!" Karin menghela napas. Ia tidak canggung lagi ketika Jay pergi dari kantin itu. Beruntung si Jay itu peka, sehingga dirinya bisa tetap disitu, menghabiskan kentang goreng pesanannya, tanpa harus keluar dari kantin itu.
"Kalian kenapa ganggu aku terus sih?" Keluh Karin seraya memukul meja kantin itu keras. Membuat kedua teman lelakinya itu sempat kaget. Penghuni kantin yang dekat dengannya juga sempat merasa kaget.
"Ngeganggu gimana?" tanya Kiki pada gadis yang duduk disampingnya itu.
"Harusnya kalian itu tadi nggak ngomongin masalah itu! Kan jadinya kayak gini!"
"Masalah itu apaan?" tanya Fino dengan nada meledek.
"Terus jadi kayak gini gimana?" Kiki pun juga meledek.
Karin memajukan bibirnya beberapa senti, menghabiskan kentang gorengnya cepat, meminum es teh manisnya yang masih tersisa setengah gelas, lalu melengos pergi dari kantin itu.
Melihat Karin pergi, Kiki dan Fino berdecak. Mereka heran. Kenapa dua remaja yang sudah terlihat jelas saling suka malah diam saja tidak langsung mengungkapkan perasaan mereka. Apa mereka mau? Jika mereka tidak cepat-cepat mengungkapkan perasaanya itu, akan ada orang lain yang mendahului mereka. Nanti mereka pasti akan menyesal. Mungkin saja perasaan mereka akan segera hilang jika tidak mengungkapkan perasaan itu secepatnya.
"Kita lihat aja nanti. Ego mereka bakal lenyap," ucap Fino.
"Pasti mereka bakal jadian," ucap Kiki.
Tatapan kosong terdapat di mata Kiki dan Jay. Memikirkan perkiraan mereka akan Jay dan Karin jadian atau tidak. Suara riuh di kantin itu mereka biarkan. Keramaian itu lebih baik dari sepinya suasana rumah Kiki dan sepinya hati Fino yang sedang kosong. Kosong sebab tidak ada seseorang yang mengisi hati kecilnya itu. Karin yang ia dambakan, sebentar lagi akan menjadi milik pria lain. Pria yang juga menjadi sahabatnya itu. Alvino Kajay Pranata menjadi pengganti seorang Dafino Alexander Martinos. Sementara Daniel Jorki Pratama hanya diam saja masa bodo akan hasilnya nanti.
~Good Boy Gone Bad~
***
See You Next Part
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Gone Bad
Teen FictionLENGKAP ✔️ Jay, good boy yang menjadi sosok pria kejam. Tapi ia berhasil kembali menjadi good boy karena seorang gadis. Gadis itu menyelamatkan kepribadiannya. Ia diluluhkan oleh seorang gadis biasa. Karin, cintanya itu terbalas oleh pria yang ia su...