| 009 | GBGB

1.4K 128 8
                                    

009

~Good Boy Gone Bad~


"Kenapa kamu bisa kayak gini, Jay?" ucap Ibu Maya dengan nada lemah. Ia sudah membersihkan luka di wajah putranya itu. Ia kompres wajah Jay agar lukanya tidak bertambah parah. Meski butuh beberapa waktu agar bekas luka itu bisa hilang total.

"Kamu itu anak disiplin dan nggak punya musuh. Kenapa ada orang yang tega ngelakuin hal ini sama kamu..."

Ucapan Maya terus berlanjut sembari duduk disisi putranya itu.

"Bu..."

Jay mulai sadar dari pingsannya. Matanya belum sepenuhnya terbuka. Ia meringis kesakitan. Sakit di wajahnya sedikit berkurang. Tetapi tidak pada bagian perutnya yang mendapat pukulan bertubi-tubi dari Genk Gaib. Jay memegangi perutnya sembari meringis.

Hal itu mengundang pertanyaan khawatir dari ibunya itu.

"Kenapa perut kamu?" sontak ibunya bertanya seperti itu.

"Laper," jelas Jay dengan nada lemah.

Maya mengira bahwa putranya itu juga mendapat luka di bagian perut. Namun, ia lega saat putranya itu mengatakan bahwa dirinya kini sedang merasa lapar. Sehabis pulang sekolah tadi sore, Jay belum makan apapun.

"Bentar, ya! Ibu ambilin makan." Maya berjalan menuju dapur. Di dapur masih terdapat makanan yang bisa ia berikan kepada putranya yang saat ini sedang merasa kelaparan. Maya kini tinggal di desa itu bersama putra tunggalnya saja. Ia sudah bercerai dengan suaminya. Dulu mereka pindahan dari Bandung. Berasal dari kota dan sekarang sedang menjalani kehidupan di sebuah desa kecil.

Jay bangun dari posisi tidurnya. Ia merasa perutnya kini sungguh sakit. Ia tidak tega jika melihat ibunya bertambah khawatir saat mengetahui perutnya terluka. Cukup luka diwajahnya saja yang ia tunjukkan pada ibunya. Hal itu saja sudah membuat ibunya khawatir.

Jay bisa mengetahui bahwa gadis itu sangat peduli padanya. Ada rasa kekhawatiran yang terlukis di wajah gadis itu. Rasa khawatir dan takut kehilangan dirinya.

Kenapa gadis itu masih saja peduli dengannnya?

***

Fino yang sudah terlentang di kamarnya hanya menatap langit-langit kamar saja. Ia tidak bisa tidur saat ini. Ia sedang memikirkan Karin. Gadis yang sudah tidur dengan pulas ternyata masih menganggu pikirannya. Ia tidak bisa tidur sebab teringat akan ekspresi Karin yang menyadari Jay tergeletak di tanah. Gadis itu terlihat sangat khawatir.

Apakah ia iri dengan perlakuan Karin pada Jay?

Fino berusaha mengalihkan pikirannya dari insiden beberapa waktu lalu. Namun, pikirannya itu masih mengingat-ingat tentang Karin. Luka tamparan di wajah gadis itu yang sempat membekas akibat tamparan seseorang, membuat Fino ingin tahu tentang siapa yang berani menampar Karin.

"Akh!" Fino kesal dengan pikirannya itu. Ia benamkan wajahnya itu ke bantal, "dasar insom!" lanjutnya dengan suara terkasan tidak jelas karena teredam bantal.


~Good Boy Gone Bad~

***

Bersambung...

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang