083
~Good Boy Gone Bad~
Keesokan harinya...
Hari Minggu yang cerah. Kiki dan Fino sedang duduk di teras rumah Kiki. Mereka sedang berbincang-bincang membahas entah apa. Fino sudah meminta Jay untuk datang ke rumah Kiki pagi ini. Fino ingin mendengar dengan telinga sendiri tentang alasan Karin memutuskan dirinya.
"Woi!" Jay datang ke rumah itu dengan memakai kaos putih pendek serta celana jeans abu-abu pudar selutut.
Kiki memakai kaos pendek berwarna hijau tua dengan celana model sama dengan milik Jay namun berwarna hitam. Kali ini ia tidak memakai kacamata. Kacamata hias yang dikira teman-temannya adalah kacamata untuk penderita rabun. Fino memakai celana kuning motif spongebob dan kaos pendek berwarna merah tua. Iris hijau itu membuat tatapannya berbeda dari dua temannya.
"Karin jawab apa?" tanya Fino dengan nada bersemangat.
"Dia tahu kalo kamu yang nyuruh aku nanya hal itu! Jadi―"
"Jadi? Kamu ngomong sama dia kalo aku yang nyuruh?"
"Enggak. Dia yang tahu sendiri!" sahut Jay ketus.
"Itu karena Jay nggak bisa bohong. Dia nggak bisa akting kayak elu, Fin. Pasti dia itu keceplosan atau apa." Kiki menyela.
"Kamu keceplosan?" tanya Fino seraya memandangi wajah Jay.
Pertama wajah pria itu datar-datar saja, setelah beberapa detik, Jay tertawa. Hal itu membuat Fino yakin bahwa yang dikatakan Kiki memang benar. Jay keceplosan.
"Baru sebentar tinggal disini, kamu udah tahu jelas sifat Jay," ucap Fino seraya memandangi Kiki.
"Insting!" sahut Kiki seraya tersenyum lebar.
"Tapi dia udah ngasih jawaban itu ke aku!" ucapan Jay membuat Fino semakin antusias untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Jay selanjutnya.
"Dia jawab apa?" tanya Fino dengan wajah serius.
"Mungkin jawaban ini bakal nyakitin perasaan kamu, Fin?!"
"Aku bakal nerima hal itu."
"Tapi alasan dia mutusin kamu juga bukan karena kesalahan kamu. Dia mutusin kamu karena kepercayaan kamu beda sama kepercayaan dia. Aku juga heran dengan hal itu. Masa iya setelah sekian lama dia baru tau kalo kamu beda kepercayaan sama dia. Harusnya dia udah tahu dari dulu. Jadinya, dia nggak bakal bikin kamu sakit hati. Ralat! Kamu bakal tetep sakit hati. Sebab dia akan nolak kamu saat kamu nembak dia. Penolakan itu bakal lebih menyakitkan tanpa alasan. Setidaknya kamu itu pernah pacaran sama Karin, Fin," jelas Jay panjang lebar.
"Makasih!" ucap Fino seraya menepuk-nepuk kedua bahu Jay dan pergi meninggalkan rumah itu.
"Itu bukan kesalahan kamu, Fin! Jadi kamu harus terima!" ucap Jay dengan nada setengah berteriak.
"Aku bakal terima hal itu. Dan kamu! Tolong jaga dia baik-baik! Aku tahu kalo kamu itu peduli dan sayang sama Karin. Gengsi kamu itu terlalu tinggi," jelas Fino dengan nada keras.
"Oke!" sahut Kiki dengan nada keras pula.
"Apaan si?" Jay mendengus kesal sebab Kiki menjawab pertanyaan yang seharusnya ia jawab. Tapi sudahlah. Jawabannya juga sama.
Fino mulai berjalan menjauhi rumah itu. Perasaannya sedang tidak bagus saat ini. Fakta akan alasan Karin memutuskan dirinya sempat membuat ia terguncang. Ternyata gadis itu memutuskan dirinya karena alasan keyakinan. Memang hal itu biasa terjadi. Setidaknya ada satu hal yang membuat dirinya sedikit lega. Bahwa gadis itu berusaha tetap menjaga perasaannya dengan tidak mengatakan bahwa alasan putusnya hubungan mereka karena alasan keyakinan. Fino sendirilah yang meminta Karin mengatakan alasan itu. Jadi ia harus menerima fakta itu dengan lapang dada.
"Pas ke Tranggulasih gue nebeng elo?" tanya Kiki pada Jay yang masih duduk di teras rumahnya.
"Oh iya! Kamu kan punya motor sendiri. Kenapa nebeng aku? Kamu bisa bawa tuh motor!" sahut Jay seraya memandangi motor Ninja merah Kiki yang ada di samping rumahnya.
"Katanya jalanannya najak banget! Gue juga belum pernah kesana!"
"Ooh, biasanya kamu kan naik motor di jalanan rata yah? Di Jakarta jalanannya rata dan mulus, nggak nanjak kayak disini. Ya udah deh kamu nebeng aku. Tapi ada syaratnya?"
"Apa?"
"Aku bawa motor kamu. Nanti kamu yang mbonceng! Okeh!"
"Ya elah! Itu mah elo yang nebeng! Lagian motor elo emangnya kenapa? Lebih keren motor gue kan? Makanya, elo itu pengin bawa motor gue," ucap Kiki dengan nada meledek.
"Apaan si?"
"Nggak usah basa-basi deh! Kalo elo mau motor itu, gue bisa kasih ke elo!"
"Serius?!"
Kiki mengangguk sebagai balasan mengiyakan.
"Motor aku masih bisa dipake. Entar kalo tuh motor udah rusak. Baru aku ambil tuh motor kamu!"
"Kali aja rusaknya barengan."
~Good Boy Gone Bad~
***
See You Next Part
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Gone Bad
Teen FictionLENGKAP ✔️ Jay, good boy yang menjadi sosok pria kejam. Tapi ia berhasil kembali menjadi good boy karena seorang gadis. Gadis itu menyelamatkan kepribadiannya. Ia diluluhkan oleh seorang gadis biasa. Karin, cintanya itu terbalas oleh pria yang ia su...