018
~Good Boy Gone Bad~
"Mas Kevin kenapa kayak anak kecil aja si?! Main tawur-tawuran segala. Emang nggak malu apa?! Inget umur napa," omel Karin sembari membersihkan luka kakaknya. Terutama luka di wajahnya itu.
"Mereka yang mulai dulu," sahut Kevin dengan nada lirih.
"Ya jangan di balas dong! Biarin aja!" ucap Karin sembari menekan kain basah ke wajah lebam kakaknya itu.
"Sakit tau!" respon Kevin sebab luka di wajahnya itu terasa sangat nyeri ketika adiknya menekan kain basah itu keras-keras, "bakal dibilang apa kalo kita menghindar dari tawuran itu," lanjutnya.
"Paling juga cuman dibilang pengecut. Itu juga oleh sebagian orang aja. Nggak semuanya mengatakan kalau menghindar dari tawuran itu pengecut. Justru itu akan dianggap hal baik kalo berhasil menghindari yang namanya tawuran," jelas Karin yang membuat kakaknya itu melongo.
"Sok bijak kamu!" ketus Kevin sembari menaruh lirikan tajam.
Karin hanya memajukan bibirnya beberapa senti. Ia langsung pergi keluar rumah.
"Sebentar lagi petang. Mau kemana?" tanya Kevin menyadari adiknya itu sudah berdandan rapi entah akan pergi kemana.
"Jangan pergi nyampe RT sebelah! Mereka nggak akan tinggal diam setelah melakukan aksi tawuran tadi." Nasehat Kevin tidak di gubris oleh adiknya itu.
"Tenang aja! Aku pergi sama Fino, kok," jelas Karin sembari memakai sandal kulitnya itu. Ia memakai sweater berwarna merah maroon dengan bawahan celana pensil berwarna biru navy. Rambutnya ia kucir kuda. Poninya itu sudah hampir menutupi mata.
Karin menatap wajah kakaknya, tersirat pertanyaan, sama Fino? Mau kemana emangnya?
"Mau ke warung." lanjutnya. Karin menarik handle pintu rumah dan langsung melengos pergi menuju penghuni rumah yang memiliki bola mata berwarna hijau itu.
"Wangi amat?" tanya Fino menyadari bau parfum Karin sangat menyengat. Parfum vanilla itu merupakan parfum yang biasa Karin gunakan sehari-hari.
"Kamu juga wangi," ujar Karin sembari mendekatkan hidungnya ke tubuh Fino. Mencoba menghirup bau parfum Fino yang wangi itu.
"Nggak usah deket-deket! Hush! Hush!" balas Fino sembari mengibas-ngibaskan tangannya meminta Karin menjauhkan wajahnya itu.
"Oh." Karin langsung menjauhkan wajahnya itu dari Fino. Gerakannya menghirup aroma parfum Fino juga merupakan gerakan tanpa ia niati. Karin tidak sadar akan hal itu.
Karin naik ke Motor Ninja Fino yang berwarna merah. Posisi duduknya lebih tinggi dari Fino, sebab memang jok belakang motor itu di desain lebih tinggi dari jok depan. Warung yang hendak mereka tuju tidak terlalu jauh. Sehingga membuat mereka berdua tidak memakai helm.
Di kepada Karin terngiang-ngiang pesan Kevin, meskipun deket, kalo naik motor harus tetep pake helm. Inget itu!
"Hah biarin," ujar Karin.
"Ya?" tanya Fino heran.
"Gak."
Ketika motor melaju, udara dingin langsung menelusup ke pori-pori tubuh mereka. Karin yang hanya memakai sweater tidak membuat tubuhnya terasa hangat sedikitpun. Fino memakai jaket hijau tua dan celana jeans hitam. Itu membuat dirinya tampak seperti oppa-oppa dalam drama Korea. Sekilas.
"Kamu mau beli apa si?" tanya Fino sembari tetap fokus mengendarai motornya.
"Kepo," ujar Karin seraya memajukan bibirnya beberapa senti ke depan.
"Ish." Fino mengerucutkan bibirnya.
~Good Boy Gone Bad~
***
See You Next Part
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Gone Bad
Novela JuvenilLENGKAP ✔️ Jay, good boy yang menjadi sosok pria kejam. Tapi ia berhasil kembali menjadi good boy karena seorang gadis. Gadis itu menyelamatkan kepribadiannya. Ia diluluhkan oleh seorang gadis biasa. Karin, cintanya itu terbalas oleh pria yang ia su...