020
~Good Boy Gone Bad~
Fino memicingkan matanya pada satu titik di kanan sana. Tampak tiga orang yang sangat familier sedang berjalan beriringan. Menyadari Karin sudah selesai membeli sesuatu dari warung itu, ia langsung menarik lengan Karin dan berlari. Sebab tiga orang di depan sana sudah mengejar mereka.
Reno yang berada di antara kumpulan orang-orang yang sedang menonton acara sepak bola―menundukkan wajahnya menghindar dari tiga orang yang sedang berlari entah kemana. Ia tahu kalau itu adalah Amar, Leo, dan Ganny. Tiga anggota Genk Gaib. Genk itu tidak akan melakukan aksi kekerasan pada sekumpulan warga desa. Bisa-bisa mereka sendiri yang kena keroyok.
"Apaan si? Tarik-tarik?" tanya Karin menyadari Fino menarik tangannya.
"Geng Gaib lagi ngejar kita," jelas Fino sembari tetap berlari kencang menghindari kejaran tiga orang di belakang sana.
Karin menengok ke belakang dan ternyata memang benar ada tiga orang yang sedang mengejar mereka. Mungkin saking bencinya Genk Gaib terhadap Genk Sadar, membuat mereka yang melihat anggota RT-nya langsung menyerang begitu saja. Tanpa alasan yang pasti. Fino juga pernah mengikuti tawuran, dulu, mungkin itu salah satu alasan Genk Gaib mengejar dirinya saat ini. Wajah Fino tidak asing bagi ketiga anggota geng itu.
Fino dan Karin berlari menyusuri gang desa. Tidak mungkin jika mereka tetap berlari lurus. Mungkin tiga orang di belakang sana akan dengan mudah menangkap kedua teman itu. Mereka berdua berlari tanpa arah. Yang penting adalah selamat dari kejaran tiga orang itu.
Entah sudah berapa kali kedua teman itu tersandung. Untung saja mereka tidak terjatuh. Mereka berlari terus menyusuri gang sempit, berbelok dari gang sempit, tetapi masih saja tiga orang di belakang sana berhasil mengikuti mereka. Mereka berdua juga sempat menabrak warga yang hendak keluar rumah.
"Maaf, Pak!" ucap Fino pada bapak-bapak yang hendak keluar dari rumahnya.
Mereka berdua masih berlari cepat. Jika Fino menggunakan motornya tadi, pasti mereka sudah lolos dari kejaran geng itu. Tetapi, ia tidak sempat menyalakan motornya tadi, sebab ketiga orang yang mengejarnya sudah terlalu dekat. Gang yang mereka susuri sudah habis, hingga membuat mereka harus berlari melewati rumah-rumah warga.
Sampai akhirnya Fino dan Karin bersembunyi di dalam rumah warga. Pintu rumah warga itu tidak di kunci. Masalah meminta maaf pada pemilik rumah itu nanti saja. Yang penting adalah mereka selamat dari kejaran Genk Gaib. Terdengar suara dari ketiga orang yang mengejarnya di balik pintu rumah itu. Fino dan Karin bisa mendengarnya dari dalam.
Setelah suara ketiga orang itu tidak terdengar lagi, mereka berdua keluar dari persembunyiannya. Mereka menengok ke kanan kiri mengecek apakah ketiga anggota Genk Gaib masih mengejar atau tidak? Ternyata tidak. Mereka berdua merasa lega sekarang.
"Itu mereka!" ucap Ganny menemukan Karin dan Fino.
"Akh!" Karin memaksakan dirinya berlari lagi.
Kali ini Karin tidak berlari satu arah dengan Fino. Mereka berdua berpisah arah. Mereka berlari terus sampai selamat dari kejaran geng itu. Mungkin ketiga orang itu sudah lelah mengejar mereka berdua.
Fino yang sudah merasa aman dari kejaran Genk Gaib, berhenti sebentar menstabilkan napasnya lalu berbalik arah menuju warung untuk mengambil motornya.
"Akh! Karin pake misah segala lagi!" ucapnya.
Disisi lain,
"Akh! Fino pake misah segala lagi!"
Ucapan kesal Karin sama dengan ucapan Fino.
Karin memilih berjalan kaki saja untuk pulang ke rumahnya. Toh ia juga hafal akan jalanan desanya sendiri. Jadi dirinya tidak akan tersesat.
Karin berjalan pulang dengan menyusuri perumahan warga. Tidak lewat jalanan aspal pedesaan. Mungkin jika ia lewat jalan itu, ia bisa bertemu dengan Fino. Tapi biarkan saja! Nanti pasti mereka bertemu kembali.
"Akh! Kemana tuh anak? Kalo kakaknya tau Karin nggak pulang sama aku, pasti berabe," gerutu Fino seraya memperhatikan kondisi sekitar. Mengecek sosok Karin. Namun, ia sama sekali tidak melihat batang hidung gadis itu. Ia tidak membawa smartphone yang bisa digunakan untuk menghubungi Karin.
Karin meniup poninya kasar. Ia merasa sangat kesal hari ini. Tapi ia masih bersyukur akan hal itu. Masih ada hal yang lebih buruk daripada kondisinya sekarang ini. Yang jika hal buruk itu dipikir-pikir, akan membuat dirinya ketakutan sekaligus merinding. Hal buruk jika dirinya tertangkap oleh kawanan Genk Gaib. Kawanan itu bisa melakukan apa saja pada dirinya.
Karin terus berjalan sampai tiba di daerah RT 02. Sebentar lagi ia akan sampai di RT 01. Karin sempat menengok kekanan dan kekiri saat suasana disekelilingnya begitu sepi. Jalanan begitu gelap. Kecuali jalanan yang mendapat pancaran cahaya dari pos ronda di depan sana. Cahaya lampu bohlam itu berwarna oranye. Karin memicingkan matanya saat menyadari ada sosok orang yang sedang tergeletak di atas pos ronda. Mungkin orang itu sedang tidur.
Siapa pria yang sedang tidur di pos ronda itu? Apakah pria itu tidur ketika sedang berjaga malam? Tapi pria itu sendirian. Ketika bertugas malam, seharusnya ada beberapa warga lain yang berada disana.
Karin menerka-nerka tentang apa dan siapa yang ada di atas pos ronda itu. Karena dirinya sangat kepo, ia dekati pos ronda itu agar bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di pos ronda itu.
"Kalo itu jebakan? Tau ah! Kalo itu memang jebakan, aku teriak aja keras-keras. Tapi kalo nggak ada yang nolong?
~Good Boy Gone Bad~
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Gone Bad
Teen FictionLENGKAP ✔️ Jay, good boy yang menjadi sosok pria kejam. Tapi ia berhasil kembali menjadi good boy karena seorang gadis. Gadis itu menyelamatkan kepribadiannya. Ia diluluhkan oleh seorang gadis biasa. Karin, cintanya itu terbalas oleh pria yang ia su...