019
~Good Boy Gone Bad~
Jay yang sedang suntuk di rumah sendirian, berniat keluar rumah untuk mencari udara segar. Ibunya yang bekerja di bank bersama Ibu Fino, belum pulang sejak pagi tadi. Hari sudah mulai petang. Mungkin ada hal penting yang harus ibunya urus. Sehingga sampai petang pun sosok wanita paruh baya itu belum menampakkan batang hidungnya.
Jay berjalan menuju pos ronda. Disitulah ia bisa sedikit mengurangi rasa suntuknya di rumah. Disana akan ada beberapa orang yang berkumpul dan berbincang-bincang.
"Muka kalian pada kenapa?" tanya Jay disertai senyuman mengejek. Ia tahu bahwa beberapa orang yang ia lihat saat ini, memiliki lebam di wajah karena mereka tidak mau mendengarkan perkataannya dan malah memilih membalas ketidakadilan pada dirinya dengan mendatangi Genk Gaib.
"Udah di belain malah ngledek," sahut salah satu pria yang memiliki lebam di wajah disertai decakan.
"Siapa suruh..."
Jay duduk di sisi pos ronda itu. Hanya beberapa orang yang sudah berada di pos ronda tersebut. Sekitar jam sembilan nanti, barulah banyak warga yang berkumpul disitu.
***
"Udah nyampe. Turun!" pinta Fino pada Karin sebab mereka sudah sampai di depan warung.
"Tunggu bentar, oke!" ucap Karin sembari berlalu masuk ke warung itu.
Warung itu berada di dalam rumah. Memang warung tersebut dibuat dengan menggabungkan bangunan rumah dan bangunan untuk warung. Banyak orang-orang yang sedang kumpul di depan warung tersebut. Mereka semua yang sedang berkumpul sedang menikmati acara sepak bola di layar putih pancaran sinar LCD. Bincang-bincang diantara mereka memberikan kehangatan pada petang hari ini. Camilan seperti kacang, pilus, keripik singkong, peyek, mereka nikmati bersama-sama.
Fino melipat kedua tangannya di dada sembari menghirup udara di malam hari. Ia bersandar pada motornya yang terparkir di depan warung. Terdengar suara seseorang yang memanggil dirinya.
Pasti seseorang yang mengenal Fino, "Fino orang Amrik? Sini nobar!" Panggilan seorang pria yang sedang menonton acara sepak bola, membuat Fino memandangi orang tersebut.
"Eh Reno. Ngapain kamu disitu?" sontak Fino bertanya menyadari teman SMA-nya sedang nonton bareng. Wajah Reno yang lebam akibat ikut dalam tawuran sore tadi masih tampak dengan jelas.
"Nobar," singkat Reno, "Kamu sendiri ngapain?" lanjut Reno dengan nada bertanya pada Fino.
"Tuh nemenin si Karin."
"Ooh. CLBK lu?"
"Ngadi-ngadi lu."
Fino masih berada di posisinya yang semula menyandar pada motor. Ia menengok ke kanan kiri layaknya orang akan menyeberang jalan. Mungkin saja ada kumpulan Genk Gaib di sekitar sana. Biasanya Genk Gaib melakukan aksi kekerasan yang berlebihan di malam hari. Namun, jika ada yang menyulut emosi geng itu, pasti mereka yang menjadi anggota Genk Gaib tidak sungkan-sungkan untuk beraksi tak memandang waktu.
~Good Boy Gone Bad~
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Boy Gone Bad
Fiksi RemajaLENGKAP ✔️ Jay, good boy yang menjadi sosok pria kejam. Tapi ia berhasil kembali menjadi good boy karena seorang gadis. Gadis itu menyelamatkan kepribadiannya. Ia diluluhkan oleh seorang gadis biasa. Karin, cintanya itu terbalas oleh pria yang ia su...