| 075 | GBGB

407 20 6
                                        

075

~Good Boy Gone Bad~

"Mau nebeng nggak, Rin?" tawar Kiki seraya menghentikan motornya di depan Karin yang sedang berjalan keluar dari area sekolah.

"Boleh."

Karin naik ke jok belakang motor Kiki dan mengucapkan 'Duluan ya!' kepada Jay dan Fino. Tadi mereka bertiga hendak pulang bersama. Namun, Karin mendapat tawaran dari Kiki. Sehingga ia terima saja tawaran Kiki itu. Meski rumahnya tidak terlalu jauh dari sekolah itu, ia sudah cukup lelah untuk berjalan hingga ke rumahnya.

Udara sejuk di sore hari menerpa wajah Karin yang duduk di jok belakang motor Kiki. Rambutnya malambai-lambai terkena sapuan angin. Terutama poninya itu. Saat mereka berdua sedang pulang ke rumah, tiba-tiba hujan turun tanpa aba-aba. Beruntung hujan itu tidak terlalu deras, hanya gerimis saja.

"Hujan! Akhirnya hujan juga!" Karin menikmati dinginya gerimis itu. Rintik-rintik air hujan membasahi motor yang dikendarai Kiki, kaca helm Kiki, dan wajah Karin.

"Emang disini jarang hujan yah?!" tanya Kiki dengan nada setengah berteriak sebab suaranya di terjang oleh angin yang berembus kencang. Ditambah lagi gerimis itu berubah menjadi hujan yang begitu deras.

Sebab hujan terlalu deras dan mereka akan basah kuyup jika memaksa untuk tetap pulang ke rumah, mereka berhenti di depan warung untuk berteduh dan menunggu hujan reda.

Karin turun dari jok belakang dan duduk dibangku rotan yang tersedia di depan warung. Rambutnya tampak basah sebab air hujan. Baju seragamnya juga sedikit basah karena air hujan.

"Disini memang hujannya itu sesuai musim. Kadang musim kemarau lebih panjang. Atau mungkin sebaliknya. Tapi akhir-akhir ini jarang hujan, jadi aku kayak baru ngerasain hujan pas tadi naik motor," jelas Karin seraya memandangi hujan yang turun begitu deras.

"Disini kalo hujan nggak kayak di Jakarta, ya? Kalo disana pasti sudah banjir sebab hampir semua daratan di paving, sehingga kurang daerah resapan air, ditambah lagi sampah yang menumpuk di sungai," ucap Kiki.

"Mungkin disini nggak banjir, tapi tanah longsor bisa saja terjadi. Banyak tebing-tebing di pinggiran jalan. Saat ada kendaraan lewat, bisa saja tanah itu tiba-tiba longsor dan mengenai kendaraan yangg sedang melintas." ucap Karin.

"Tuhan itu memang adil. Jakarta mudah banjir tapi tidak dengan tanah longsor, sedangkan disini, tanah mudah longsor saat hujan, tapi nggak mudah terkena banjir," ucap Kiki.

"Jay sama Fino gimana yah? Mereka hujan-hujanan atau berteduh?" Tiba-tiba Karin teringat akan dua temannya itu.

"Elo bakal ngomong sama Jay, kalo lo itu masih suka sama dia?" Kali ini Kiki membahas masalah saudaranya itu.

"Dulu aku bisa ngatain hal itu langsung ke Jay. Tapi sekarang, untuk bilang 'aku suka sama kamu' aja susah banget," keluh Karin seraya memandangi orang yang datang ke warung itu dengan motor. Mantel yang pria itu kenakan basah kuyup.

"Harusnya emang pria dulu yang ngungkapin perasaannya pada gadis. Tapi jaman udah berubah. Gadis yang dulunya hanya menunggu saja, sekarang bisa langsung ngungkapin perasaannya ke orang yang disukai. Itu sebabnya si gadis jadi lebih berambisi," jelas Kiki.

"Ngomong nggak ya?"

"Tunggu aja waktu yang tepat! Semua ada waktunya."

Kiki dan Karin saling bertatapan dan menaruh senyum. Kiki sampai membayangkan Jay yang memiliki temperamen keras segera menampar bibirnya karena berani tersenyum pada Karin.

~Good Boy Gone Bad~

***

See You Next Part

Good Boy Gone BadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang