Chapter 27

682 45 5
                                    

Tujuh tahun kemudian.

Apa yang terjadi dalam tujuh tahun setelah kepergian orang yang kita sayangi? Banyak. Tapi yang paling masuk akal adalah move on.

Dunia terus berputar di sekitar Nanaz. Banyak sekali yang terjadi hingga ia tak mampu menjabarkannya satu persatu. Ditatapnya nasi goreng telur mata sapi di hadapannya, entah kenapa hidupnya hanya seputar makan, bekerja, tidur, makan, bekerja, tidur. Begitu saja setiap hari. Membosankan. Ya, semenjak tujuh tahun yang lalu, hidupnya jadi sangat membosankan.

"Makan dek, nanti keburu dingin."

Nanaz tersenyum pada kakak ipar kesayangannya. Kakak yang yang bukan hanya menjadi ipar karena Nanaz pernah menikahi adiknya dulu, tapi menjadi ipar juga karena Allah menjodohkan gadis sholehah itu dengan kakaknya yang urakan.

Dulu. Tapi setelah menikah, dia bertransformasi menjadi rocker yang sholeh dan suami yang bertanggung jawab. Dia Alvian Mahendra, kakaknya yang menikah dengan Hasna Nur Jannah, anak Kyai Mustafa. Pemilik Darus Salam.

Kok bisa? Ah, terlalu panjang untuk menceritakan romansa mereka, tapi yang jelas, Allah selalu memiliki cara yang luar biasa dalam menyatukan hamba-hambanya. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.

"Penggemarmu sudah dateng tuh, Dek. Tapi lagi ngobrol di teras sama ayah. Jangan kelamaan dianggurin lah, kasihan dia. Keburu lapuk karena menantimu." Ucap Vian lalu duduk di samping istrinya yang sedang menyiapkan sarapan untuk kedua buah hati mereka.

Nanaz hanya tersenyum. Lagi. Kakaknya yang selalu mengesalkan. Nanaz melihat sang kakak yang kini selalu berpenampilan rapi sedang mengganggu istrinya dengan sesekali menggelitiknya. Membuat Nanaz mengingat masa-masa indahnya dulu. Masa-masa yang tak mungkin ia dapatkan kembali. Nanaz mencoba menghabiskan suapannya untuk mengalihkan perhatiannya dari memori yang mengusiknya. Ya. Dunia terus berputar selama tujuh tahun terakhir ini, tapi bagi Nanaz, dunianya berhenti berputar ketika dia yang menyinari hatinya takkan pernah kembali.

"Wah wah.. kayaknya enak nasi gorengnya."

Nanaz melihat seorang pria yang beberapa tahun ini selalu ada untuknya. Pria tampan yang setia mendampingi Nanaz meski wanita 25 tahun itu masih saja jalan di lembaran yang sama. Lembaran kisah yang telah berakhir bertahun-tahun lamanya. Pria itu hadir di tahun pertama Nanaz menjadi dokter magang dan sejak saat itu, pria itu tak punya tujuan lain selain membawa Alya Syahnaz ke pelaminan. Sayangnya, Nanaz tidak memiliki tujuan yang sama dengan si Tampan yang berprofesi sebagai dokter bedah itu.

Usia pria itu kini sudah genap 30 tahun, dia harus lebih mendesak Nanaz karena orang tuanya sudah tidak sabar mempersunting janda yang masih kelihatan muda itu.

"Kalau lapar, kamu kan bisa ambil sendiri. Jangan makan jatah orang." Ketus Nanaz yang memang selalu ketus pada dokter tampan itu.

"Enakan punya kamu bu dokter. Ayo cepat habiskan. Anak-anak pasti sudah tidak sabar bertemu denganku."

Nanaz memutar malas bola matanya. Tak terlihat lagi Kakaknya dan iparnya yang tadi bermesraan di hadapannya. Mungkin mereka ke ruang bermain anak-anaknya. Dua keponakan Nanaz itu memang terkadang makan di sana.

"Over pede kamu." Keluh Nanaz dan membiarkan pria itu terus  memandanginya secara berlebihan.

" Keluh Nanaz dan membiarkan pria itu terus  memandanginya secara berlebihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SURGA DI TAMAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang