4 Tahun Kemudian.
"Masha Allah. Pintar sekali anak-anak Ummah salawatan." Ucap Nanaz yang datang membawa cookies dan susu untuk kedua buah hatinya, sarapan request anak-anak pagi ini.
"Qiyya kan mau kayak Aa Ummah. Jadi da'i cilik." Ucap Qiyya yang akan genap berusia empat tahun beberapa hari lagi.
"Aamiin." Ucap Aqil dan Nanaz berbarengan.
"Kita jadi ke Taman Hati hari ini kan Ummah?" Tanya Aqil setelah meneguk susu vanillanya.
"Insya Allah sayang. Habiskan dulu ya sarapannya ya. Ummah mau packing dulu buat ke Bandung."
"Yay.. ketemu Aki... ketemu Nini..." Teriak Qiyya riang yang hanya membuat Ummah dan kakaknya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
***
"Ayaaahhh....." teriak Qiyya berlari riang ketika melihat ayah tampannya yang sedang serius mengarahkan security di halaman depan TAMAN HATI.
Qiyya yang memang periang langsung menghambur ke ayahnya yang langsung digendong sayang.
"Masha Allah putri ayah."
"Putri bapak?" Tanya si Kepala Security yang memang belum pernah melihat istri dan anak kliennya.
"Iya pak. Yang kedua. Itu istri saya dan si Sulung." Tunjuk Hafidz yang disambut anggukkan seperlunya oleh sang istri.
"Masya Allah! Udah mau tiga Pak? Barakallah. Saya satu saja belum." Katanya lagi.
"Insya Allah yang ini kembar. Saya do'akan bapak segera dapat momongan secepatnya. Tolong pastikan CCTV yang rusak sudah berfungsi kembali hari ini ya pak. Saya harus ke luar kota soalnya."
"Masya Allah. Aaamin. Siap, Pak. Kalau begitu saya akan memantau anak buah saya lagi. Assalamu'alaikum." Balasnya cepat.
"Wa'alaikumus salam warahmatullah."
Hafidz melihat Si Kepala menunduk ke arah istrinya yang hampir sampai ke hadapannya. Bahagia rasanya melihat kebahagiaan mereka yang ternyata belum berakhir. Tak ada hari yang tidak Hafidz syukuri karena Allah masih memberikan masa padanya bersama orang-orang yang dicintainya, istrinya, dan juga anak-anaknya.
"Assalamu'alaikum." Ucap Nanaz dan Aqil kompak ketika mereka sudah berada di hadapan Hafidz.
"Wa'alaikumus salam." Jawab Hafidz senang.
Aqil mencium tangan ayahnya, dan diikuti Nanaz yang juga melakukan hal yang sama. Tanpa menurunkan si Riang Qiyya, Hafidz mengecup sayang istrinya yang tengah mengandung hamil anak ke tiga mereka yang insya Allah kembar sepasang, seperti yang ia katakan pada Kepala Security tadi.
"Gimana Ummah? Rewel nggak si Dedek?" Tanya Hafidz mengusap-usap perut besar istrinya yang sudah masuk 28 minggu.
"Rewel. Biasanya diusap-usap ayahnya tiap pagi, tuh nendang-nendang kan, Ummah jalan sambil nahan nyeri ini." Jawab Nanaz sambil meringis merasakan gerakan si cabang kembar di dalam. Sepertinya mereka tahu kalau sedang diperhatikan ayahnya.
"Ya Allah. Maaf ya sayang, Ayah mau pastikan semuanya beres di sini sebelum kita ke Bandung."
"Nggak pa pa yah. Ummah seneng kok kalo mereka aktif. Berarti mereka sehat."
"Kakak jadi memberikan tausiah pada anak-anak di sini kak?" Tanya Hafidz pada putranya yang asik menonton anak-anak yang bermain bola di lapangan.
"Iya yah. Tapi setelah pertandingan mereka selesai dulu. Kayaknya pada asik main bola." Jawab Aqil yang sepertinya tertarik untuk menonton pertandingan sepak bola di lapangan seberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DI TAMAN HATI
RomanceAlya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya memasukkannya ke pesantren yang tidak disukainya? Akankah Nanaz bertahan di pondok yang ketat denga...