Hasna membuka matanya. Alarm tubuhnya otomatis membuatnya terbangun dipukul 3 dini hari. Hasna terbangun masih dalam pelukan Vian yang begitu nyaman. Dia bisa merasakan nafas teratur suaminya. Alvian Mahendra memang tak seidaman pria idaman santri, tapi entah kenapa Hasna selalu kepincut dengan pria berotot kekar itu. Hasna memisahkan diri dari suaminya dan menggeser tubuhnya, dibenarkannya posisi kursi rodanya, lalu mengangkat tubuhnya dengan kedua tangannya yang berfungsi sangat baik. Dia sudah sangat mahir akan hal itu, hanya suaminya sajalah yang menganggapnya tak bisa melakukan apapun sampai-sampai harus selalu menggendongnya.
*
Hasna sedang melakukan qiyamul lail ketika dia merasakan ada gerakan. Vian bangun dan terdengar suara dari kamar mandi, membuat kekhusu'annya sedikit berkurang, meski begitu dia tetap berusaha tuma'ninah dalam setiap gerakannya.
ALLAHU AKBAR ALLAAAHU AKBAR
AllAHU AKBAR ALLAAAAAHU ALBAR
Tak lama setelah do'a, adzan subuh berkumandang.
"Bo,"
Hasna menutup mulut suaminya yang sudah ada disampingnya ketika ia hendak mengatakan sesuatu. Ini adzan. Kita disunnahkan untuk mendengarkan dan membalasnya.
Sepertinya Vian paham ketika melihat komat-kamit istrinya. Dia akan menunggu.
"Apa itu adab ketika adzan?" Tanya Vian setelah Hasna membaca do'a setelah adzan.
Vian benar-benar mengutuk dirinya, kenapa dia nakal sedari kecil, bahkan adiknya saja lebih hebat darinya. Lihatlah sekarang! Adab ketika adzan saja ia tak tahu.
Hasna mengangguk. Membuat Vian salah tingkah.
"Apa boleh aku mengimamimu?"
Hasna mengerutkan dahi. Apa suaminya tahu cara mengimami seseorang? Pikirnya.
"Tenang, selama dua bulan saat break manggung, aku belajar tata cara menjadi imam yang baik, mungkin tak sebagus santri di Darus Salam, tapi kata orang, suami adalah imam seorang istri, jadi..."
"Ayo." Potong Hasna yang tak ingin membuat suaminya kehilangan kepercayaan dirinya lebih jauh lagi.
Pelan tapi pasti, dalam keheningan subuh, dalam tuma'ninah, Hasna merasa menjadi istri yang paling bahagia karena akhirnya diimami oleh suaminya sendiri. Ia larut dalam kehikmadannya hingga menjatuhkan air matanya. Hingga sampai detik terakhir suaminya bahkan lancar berdzikir dan berdo'a. Ah, Dia memang tak perlu meragukan keluarga Mahendra. Mereka memang rebelion, tapi mereka adalah orang yang gigih, yang jika sudah niat, apapun bisa mereka lakukan, sama seperti Hasna mengenal Nanaz, maka seperti itu jualah Alvian Mahendra.
"Ya Allah! Apa aku salah lagi? Aku minta maaf. Apa kau mau mengulang sholatmu?"
Vian yang mengira istrinya sedih karena salah dalam sholat sudah berlutut di hadapan Hasna dan memegang pinggiran kursi roda sang istri yang terus saja dibuatnya menangis.
Hasna menggeleng, membuat Vian tambah kebingungan.
"Please, don't cry. Kau tidak tahu rasanya mendengar tangisanmu selama bertahun-tahun. Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Itu sudah cukup menyiksaku."
Hasna terdiam. Iba pada wajah sendu yang selalu membuatnya terpana, hanya saja dia selalu mengingkarinya.
"Apa mas masih suka mimpi buruk?" Tanya Hasna yang membuat Vian terkejut karena ini pertama kalinya dia dipanggil MAS oleh istrinya sendiri. Jangan lupa, Hasna memang ceriwis saat bersama ayah dan kedua ART mereka, tapi begitu hanya berdua dengan Vian, Hasna selalu memasang silent mode-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DI TAMAN HATI
RomanceAlya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya memasukkannya ke pesantren yang tidak disukainya? Akankah Nanaz bertahan di pondok yang ketat denga...