Chapter 29

622 47 3
                                    

"Pantas saja tadi aku melihat ustadz Hafidz di sini, ternyata istrinya yang cengeng ini ada di sini. Kaifa khaluk, ukhti?"

Nanaz mencoba memastikan apa yang ia dengar. Apa Nissa baru saja mengatakan jika dia melihat ustadz Hafidz? Ustadz Hafidz yang semua orang yakini telah meninggal tujuh tahun yang lalu? Apa Nissa salah lihat atau memang......

"Permisi Dr. Nissa. Profesor sudah menunggu Anda di ruang tunggu. Mari, silahkan ikut saya." Ucap salah seorang petugas berpakaian serba hitam dengan kalung name tag bertali biru, menandakan dia adalah panitia konferensi akbar ikatan dokter dokter yang diadakan di hotel berbintang itu.

"Afwan Naz, Ana buru-buru. Kita bicara next time ya." Ucapnya lalu pergi mengekori petugas yang siap menguidenya di tempat itu.

"No, wait. Nissa! Nissa!" Teriakan Nanaz sia-sia. Nissa sudah hilang di antara para tamu yang mulai memenuhi koridor. Mereka semua beriringan masuk ruang konferensi.

'Apa maksudnya dia melihat ustadz Hafidz?'

Nanaz menyimpan pertanyaan itu di pikirannya. Dia akan menanyakannya kembali pada Nissa setelah konferensi usai.

'Apa mungkin?'

*

3 Jam konferensi tak menarik perhatian Nanaz sama sekali. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Dia terus berusaha mencari di mana Nissa duduk di antara 500 delegasi dari seluruh rumah sakit undangan di tanah air. Tapi tidak jua nampak Nissa di matanya, membuat Nanaz semakin larut dalam kegelisahannya.

Konferensi usai. Nanaz masih berusaha mencari Nissa di tengah keramaian seperti seorang ibu yang mencari anaknya yang hilang. Peluh dan jantung yang berpacu memperlihatkan dengan jelas jika Nanaz kelelahan. Tapi dia belum dan tidak ingin menyerah. Bukan tak mungkin bukan? Jika Allah yang menghendaki, bukan tak mungkin bukan?

*

Nihil.

Nissa tak terlihat di manapun sampai function hall kosong dari tamu undangan. Dia harus mencari cara lain untuk menemukan Nissa dan mendengarkan kembali apa yang sebelumnya Nissa katakan padanya, kalau tidak, Nanaz pasti bisa gila karenanya.

"Maaf, mbak. Bisa tolong pinjam buku tamunya? Sepertinya saya tadi melihat teman lama saya, kalau boleh saya ingin memastikannya." Pinta Nanaz di depan receptionist konferensi bertajuk SEHATKAN BANGSA SEHATKAN DUNIA itu.

"Oh ya, silahkan mbak. Apa perlu saya bantu? Ada 2 buku tamu soalnya." Jawab si receptionist ramah.

"Boleh, kalau tidak merepotkan. Tolong bantu saya mencari Qoirun Nissa Al-Fath Danudirja, apa dia ada atau tidak di list tamu dan maaf sebelumnya karena merepotkan."

"Tidak masalah. Baik, saya akan mencarinya." Jawab receptionist itu lalu mulai mencari.

Nanaz tersenyum lalu mulai menscanning satu persatu list undangan yang mengisi daftar tamu dengan matanya, tapi nihil, tak ada nama Nissa tertera di buku tamu itu.

"Dr. Qoirun Nissa Al-Fath. Mungkin ini mbak."

Nanaz langsung menyambar dan mencatat di note handphonenya.

.

Dr. Qoirun Nissa Al-Fath. RSI. MEDICAL CENTER.

.

Dan Nanaz pun langsung menjauh dari meja receptionist itu setelah mengucapkan banyak terima kasih pada receptionist yang ramah dan cantik yang telah membantunya.

***

Tut tut tut...

Tut tut tut...

Sibuk dan sibuk terus. Sulit sekali masuk ke line telepon rumah sakit yang mungkin menjadi tempat Nissa bekerja. Rumah sakit itu ada di Jakarta tapi lumayan jauh dari lokasi Nanaz. Lagi pula, belum tentu ia langsung menjumpai Nissa di sana. Setidaknya, Nanaz harus memastikannya lebih dulu ke mana ia akan mencari jawaban untuk mengobati rasa penasaran dan kegelisahannya saat ini.

SURGA DI TAMAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang