Ekstra Part ( Jodoh Seorang Rocker-END )

777 50 5
                                    

"You see that, doc? You see that?" Pekik Vian ketika dia melihat Hasna yang akhirnya dapat menggerakkan ujung ibu jarinya, meski hanya beberapa detik.

"Great job Mrs. Mahendra. Very great." Sahut ahli tulang terbaik di salah satu rumah sakit international di negeri Merlion itu.

"Now, we can say the operation is succeed. Well done, Mrs. Mahendra. Congratulation to both of you." Tambah dokter wanita berdarah china itu.

Hasna hanya tersenyum. Ada yang mengganjal di hatinya, tapi melihat antusiasme suaminya, dia jadi tidak tega.

*

"I don't care. Lain kali, pikir dulu sebelum kalian menyakiti istriku. Aku tidak ada urusan lagi dengan kalian semua dan berhenti menganggu keluargaku." Teriak Vian saat menjawab panggilan dari Indonesia.

Hasna yang baru masuk ke kamar melihat suaminya yang geram. Karena dirinya, Vian memutuskan kerja sama dengan band dan PHnya, membuat Hasna merasa bersalah, apalagi manager TITAN pun telah menghubunginya dan memintanya membujuk suaminya. Tapi Vian sudah terlanjur marah, bahkan Hasna pun tak bisa membujuknya.

"Hey, apa sudah waktunya makan siang?" Tanya Vian yang sudah berlutut di hadapan istrinya. Hal yang sangat disukainya selain mengangkat istrinya ala bridal. Semarah apapun Vian, dia akan melembut begitu melihat bidadari surganya itu.

"Mas, apa tidak sebaiknya kita pulang saja?" Tanya Hasna ragu. Terlebih suaminya tadi kelihatan sangat marah.

Vian yang tak mengerti mengerutkan dahi. Apa maksud istrinya itu?

"Ada apa? Kau tadi lihat sendirikan, saraf motorikmu mulai bereaksi. Asal kita yakin dan tidak menyerah, kamu pasti bisa berjalan lagi. Jadi untuk apa kita kembali sekarang, bukankah kamu masih punya treatment intensif 3 bulan lagi?"

"Tapi Mas, sudah dua bulan kita tinggal di sini. Apartemen, biaya makan, belum lagi tagihan rumah sakit, dan setelah dua bulan hasilnya hanya gerakan ujung jari. Kita terlalu membuang-buang uang mas, belum lagi, mas sekarang sudah nggak ngeband, aku merasa jadi beban buat mas." Hasna menunduk dan menitikkan air mata. Tak tega rasanya menghabiskan uang suaminya untuk pengobatan dan segalanya.

"Apa aku selemah itu di matamu? Hmm?" Tanya Vian mengangkat dagu si Cengeng.

"Bukan mas, bukan seperti itu, aku hanya merasa jadi beban mas. Tolong jangan salah paham."

"Kau itu siapanya aku?" Tanya Vian dengan mata yang tegas.

"Istri mas." Cicit Hasna sambil meremas-remas jarinya.

"Kau itu tanggung jawab siapa?"

"Mas."

"Apa kau tidak percaya padaku?"

"Bukan begitu, tolong jangan salah mengerti. Aku hanya merasa kita membuang-buang uang saja." Tambah Hasna tak berani menatap suaminya yang mungkin tersinggung atau malah menahan marah.

"Kemana Hasna Nur Jannah yang selalu positif thingking? Bukankah kau bilang man jada wa jadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil? Kenapa kau jadi pesimis seperti ini?"

"Bukan begitu mas." Sanggah Hasna yang merasa terintimidasi oleh tatapan elang sang suami.

"Tidak usah mencemaskan apapun sayang. 2 bulan saat aku menghilang, aku sengaja kerja siang malam demi membawamu kemari, ayah bahkan tahu itu. Dan walaupun sekarang aku sudah keluar dari band, aku tidak membiarkan diriku menganggur karena aku tahu aku punya istri yang harus aku nafkahi. Aku memang sengaja tak mengatakan apapun karena istriku ini tak mendengarkan musik apapun selain murotal Qur'an, tapi aku bekerja di sini sayang. Aku sedang membuat project solo di sini, jadi ketika kita pulang, aku sudah siap manggung kembali. Demonya pun sudah launching di medsos dan reaksi pasar sejauh ini positif. Mereka menyukai karyaku. Jadi tolong jangan mencemaskan apapun. Kalaupun kau menghabiskan uangku, lantas kenapa? Aku malah bahagia bisa bekerja keras untuk istri cantikku ini. Hmm?"

SURGA DI TAMAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang