Nanaz's POV
Jika dengan begini Kau ampuni dosa-dosa masa laluku Ya Rabb,
Maka ikhlaskanlah hamba dengan apa yang Kau tuliskan dengan pena-Mu.
Lillaahi Ta'ala.
Jika dengan begini maka semua orang yang hamba kasihi tidak menahan malu karena hamba,
Maka cukupkanlah hamba dengan iman kepada-Mu Ya Rabb,
Ampunilah hamba atas segala dosa-dosa hamba di masa lalu Ya Rabb,
Dan demi nafas yang masih kau titipkan pada hamba,
Hamba akan mengikhlaskannya.
Cukuplah cintanya menjadi kekuatan bagi hamba untuk menapaki segala ujian dari-Mu.
Cukuplah cintanya menjadi pengingat hamba, tuk kembali ke Jalan Arasy-Mu.
Hamba terluka Ya Rabb,
Dada ini terasa sesak,
Tapi apalah yang hamba tahu selain qana'ah kepadamu,
Selain hudznuzan kepada-Mu,
Dan bertasamuh pada hamba-Mu
Rabb,
Hamba mencintainya karena-Mu.
Maka biarkanlah cinta ini tetap mengingat-Mu dalam mencintainya.
*
Aku menghapus semua air mata yang membanjiri manikku. Kudehamkan suaraku agar tak terdengar parau. Ini adalah keputusan yang sudah mantap kuambil, sudah siap kulalui, meskipun pahit, meskipun sesak.
Suamiku yang kutunggu datang dan memberi salam semanis madu. Aku menjawabnya sejernih mungkin, berharap air mata yang susah payah kuhentikan tidak keluar lagi.
Aku mencoba berbasa-basi dulu dan pangeran tampan Darus Salamku membalas syahdu dengan pengakuan cinta yang meruntuhkan pertahananku.
Bagaimana bisa perempuan sepertiku begitu dicintai seperti ini?
Apakah pangeranku ini buta?
Bukankah banyak yang lebih baik dariku?
Lantas kenapa aku yang harus ia cintai?
Pantaskah aku?
Tidak. Tidaklah pantas jika aku menahannya untuk diriku sendiri. Dia bukanlah milikku seorang, sekalipun mungkin cintanya hanya untukku. Ya Alya Syahnaz, keputusanmu sudah benar. Maka teguhlah.
"Kalau begitu nikahilah Qoirun Nissa. Aku ikhlas di madu."
Tidak. Aku tidak ikhlas. Aku tidak rela. Aku tak ingin berbagi suami dengan siapapun, terlebih dengan Nissa yang ternyata berhati culas. Perempuan itu memang lebih segalanya dariku, tapi aku tidak ikhlas jika perempuan pengancam sepertinya mendampingi suamiku. Suamiku pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik dari Qoirun Nissa itu. Tapi apa dayaku? Apa dayaku?
Kulihat ia membeku dan menjauhiku yang sudah banjir air mata. Aku ingin menggenggam tangannya dan mengatakan jangan menjauhiku, aku membutuhkannya, tapi aku bahkan tak berani memintanya. Aku bisa apa?
"Perkataan macam apa itu? Kenapa kau memintaku melakukan hal yang takkan pernah kulakukan?" Ujarnya dengan amarah yang kentara. Ya Rabb! Hamba telah membuat suami hamba murka. Ampunilah hamba ya Rabb! Ampunilah hamba.

KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DI TAMAN HATI
RomanceAlya Sahnaz adalah remaja metropolitan kebanyakan. Pergaulan telah menjadikannya urakan dan tidak tahu aturan. Lalu bagaimana jika sang ayah akhirnya memasukkannya ke pesantren yang tidak disukainya? Akankah Nanaz bertahan di pondok yang ketat denga...