PROLOG

4.6K 146 59
                                    

Suasana Pondok Pesantren Mambaul Amin sangatlah ramai sore itu, semua santri sibuk mempersiapkan hajat besar yang akan dilakukan oleh pondok mereka pada esok hari. Tepat pada tanggal 12 syawal esok hari, putri satu-satunya dari kyai pimpinan pondok mereka akan menikah dengan seorang pengusaha yang sudah tidak diragukan lagi keshalehannya. Pemuda yang selama bulan Ramadhan ini menimba ilmu di pondok tersebut.

"Ning Lesti cantik sekali.."puji seorang santriwati yang membantu seorang gadis menyiapkam kamarnya.

"Ega ih, jangan dipuji terus gitu ah.. Aku malu nih.."sahut gadis berhijab lebar itu.

"Kak Fildan sungguh beruntung bisa mendapatkanmu, aku senang kita bisa saudaraan ning Les.."ucap Ega.

"Aku yang beruntung mendapatkan kak Fildan, Ga.."sanggah Lesti tersipu.

"Sepupuku itu tak kusangka akan menikah juga, padahal dulu dia sangat malas sekali jika ditanya kapan menikah.."

"Mungkin dulu dia belum menemukan jodohnya Ga.."

"Ide ku untuk mengajaknya ngaji disini benerkan, dia menemukan jodohnya disini, ning Lesti pujaan semua santri.."goda Ega.

"Egaa ih.."

Pipi Lesti bersemu merah karena sahabatnya itu terus saja menggodanya. Ya, namanya Lestiani Khairunnisa, putri dari kyai Habibburahman Rasyidin, pimpinan Pondok Pesantren Mambaul Amin. Seorang gadis yang tidak usah diragukan lagi sebaik apa agamamya, sejak kecil hidup di lingkungan pondok membuatnya sangat mengerti bagaimana bersikap sebagai seorang muslimah yang baik.

Siapa yang tidak mengenal sosok Lesti yang tidak hanya cantik secara fisik tapi juga memiliki akhlak yang sangat baik. Banyak yang berkata jika Lesti memiliki sifat yang sama seperti Fatimah Az-Zahra, putri baginda Nabi Muhammad SAW. Namun Lesti selalu merendah dan merasa tak pantas jika disandingkan dengan sayyidatina Fatimah Az-Zahra, karena menurut Lesti perjuangannya tidak lah sebesar yang sudah dilakukam oleh putri nabi tersebut. Persamaan yang diyakini Lesti hanyalah tentang kisah cintanya.

Kisah cinta dalam diam Fatimah dan Ali, Lesti merasa jika kisah cintanya mirip dengan cerita kisah cinta Fatimah dan Ali. Fatimah yang selalu menyebut nama Ali dalam do'anya tanpa pernah sekalipun menceritakan pada siapapun tentang isi hatinya. Ali juga diam-diam memendam perasaan kepada putri dari Baginda Nabi SAW itu, meski sempat merasa minder karena banyak sahabat Nabi yang melamar Fatimah namun karena kenyakinannya dia memberanikan diri untuk meminang Fatimah. Meski banyak yang berkata Ali bagaikan pungguk merindukan bulan, tapi nyatanya niat baik Ali bagai gayung yang bersambut. Pinangannya diterima oleh Nabi Muhammad SAW, dan saat malam pertama istrinya berkata jika dia sebenarnya sudah menyimpan perasaan kepada Ali jauh sebelum Ali datang ke rumah untuk meminangnya. Bahagianya Ali karena bisa bersama dengan orang yang selalu disebut dan menyebutnya dalam do'a.

Kisah Fatimah dan Ali sangat menginspirasi Lesti, tak pernah bertemu dan bertegur sapa secara harfiah namun diam-diam saling mendo'akan. Itulah yang dirasakan Lesti selama mengenal calon suaminya. Pertemuan yang singkat namun sudah membuat hati Lesti terpaku dan setiap malam dalam sujudnya di bulan ramadhan yang penuh berkah, Lesti selalu menyelipkan nama pemuda itu agar Allah SWT berkenan menjodohkannya dengan pemuda tersebut.

Bagai mimpi disiang bolong, pada malam takbir sebuah keluarga bertamu ke kediamannya dengan maksud untuk mengajukan khitbah kepadanya. Lesti yang mendengar kabar tersebut dari uminya sempat kaget, ada rasa penasaran dihatinya. Penasaran siapakah yang ingin melamarnya, dia sangat berharap jika laki-laki yanh melamarnya adalah pemuda yang selalu disebutnya dalam do'a.

"Lesti, sini nak duduk sebelah umi.."pinta umi Anna kepada putrinya yang sedang menyiapkan minuman di dapur.

"Iya Umi ada apa?"tanya Lesti.

SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang