Fildan menatap tak percaya kearah pemuda yang kini sudah duduk bersama dengannya dan semua saudaranya di taman belakang sedangkan para orang tua masih asyik bercengkrama di ruang keluarga. Pertemuan dua keluarga untuk menjalin silaturahim sudah selesai setelah makan siang bersama tadi dan berganti menjadi ramah tamah agar saling mengenal diri masing-masing.
"Rafly..."panggil Fildan.
Pemuda itu mengangkat wajahnya yang terus tertunduk dan menatap Fildan.
"Iya kak?"
Rafly merasakan aura yang berbeda dari Fildan saat di pondok dan saat ini sedang dirumah. Rafly merasa dirinya adalah seorang tersangka yang sedang diadili karena Fildan terus saja menatap dirinya. Rafly sebenarnya sudah tahu jika Fildan adalah kakak sepupu dari Ega, makanya waktu di pondok dulu dia selalu berusaha dekat dengan Fildan agar dipermudah jalannya ketika melamar Ega. Fildan adalah kakak sepupu Ega yang paling protektif kepada Ega sehingga mendapatkan restu dari Fildan bisa dibilang gampang-gampang susah.
Rafly duduk bersama calon abang iparnya sedangkan para perempuan sedang bermain dengan anak-anak mereka di taman. Rafly mengikuti arah pandang Fildan yang sedang melihat Ega dan saudaranya yang lain.
"Dia adalah adik perempuanku satu-satunya. Sama seperti ketika aku melepaskan kakak-kakakku untuk menikah, aku akan selalu bertanya kepada semua laki-laki itu, apa kamu mencintai Allah? Apa kamu mencintai Ibumu? Apakah Allah ada didalam rasa cintamu untuknya?"ucap Fildan.
"Insyallah kak, kakak sedikit banyak telah mengenal diriku.. Maaf sebelumnya karena sudah tidak jujur sejak awal pada kakak. Rafly hanya ingin mengenal kakak saat itu dan kakak mengenal Rafly sebagai Rafly dan adik kakak sendiri bukan calon adik ipar kakak..."
Fildan menatap manik hitam milik pemuda yang sudah dianggapnya adik itu, dia melihat kesungguhan dan ketulusan dimatanya. Berat sebenarnya bagi Fildan melepaskan bidadarinya, bukan hanya pada Ega saja dia seperti itu tapi hampir kepada semua kakaknya yang akan menikah Fildan selalu merajuk. Kejadian yang paling parah adalah saat pernikahan sepupu tertuanya, Rani dengan abang iparnya, Ridwan.
Fildan yang baru berusia 10 tahun kabur dari rumah setelah mengetahui jika kakak yang paling disayanginya akan menikah. Usianya yang hanya terpaut 9 tahun dengan sang kakak membuat mereka sangat dekat apalagi Fildan adalah adik laki-laki satu-satunya. Fildan kabur tepat satu hari sebelum hari akad tiba, semua orang bingung mencari keberadaan Fildan.
Rani dan sang calon suami sudah berulang kali memberikan pengertian kepada Fildan jika mereka tidak akan pergi jauh dari Fildan, tapi Fildan tetap tidak bisa mengerti. Dia selalu berpikir jika seorang perempuan menikah maka dia akan pergi meninggalkan rumah. Fildan tidak mau jauh dari kakaknya, dia nggak mau kasih sayang kakaknya terbagi.
"Ya Allah kemana adikku pergi?"gumam Rani saat lelah mencari keberadaan Fildan.
Rani memaksa ikut mencari Fildan meski semua orang sudah melarangnya karena pamali calon pengantin keluyuran sebelum hari pernikahan. Rani tidak peduli, dia hanya pasrah pada Allah tentang hidupnya, yang ada dipikiran Rani hanya keselamatan Fildan. Rani ditemani Alia dan papa Fildan mencari ke tempat-tempat yang mungkin akan dikunjungi Fildan. Meski masih kecil tapi Fildan memiliki banyak tempat yang selalu dikunjungi.
"Kak kita istirahat dimasjid itu dulu yuk.."ajak Alia menunjuk sebuah masjid yang tidak jauh dari taman tempat mereka mencari Fildan.
Hari sudah hampir sore tapi pencarian mereka belum membuahkan hasil. Fildan pergi juga tidak membawa ponselnya sehingga dia tidak bisa dihubungi. Rani mengambil wudhu untuk menyegarkan dirinya dan menentramkan hatinya yang kacau. Saat berwudhu pendengaran Rani menangkap suara isakan tangis dari arah toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...