Lesti sedang sibuk di restoran untuk mengawasi karyawannya saat dirinya mendapatkan telepon dari rumah jika Selfi dibawa ke rumah sakit. Lesti panik dan bergegas menuju rumah sakit tempat Selfi dibawa, dia juga tak lupa mengabari Fildan untuk segera menyusulnya.
Usia kandungan Selfi memang sudah menginjak sembilan bulan tapi prediksi dokter masih sekitar satu minggu lagi dia akan melahirkan. Lesti tidak bisa berpikir apa-apa lagi, dia hanya berdo'a supaya tidak terjadi apa-apa dengan Selfi dan bayinya.
Tidak terasa empat bulan sudah Lesti hidup bersama dengan istri kedua suaminya. Selama itu dia tidak pernah merasa ada yang berubah, perhatian dan kasih sayang Fildan padanya masih tetap sama. Dia juga masih menjalankan program kehamilannha meski sudah tidak terlalu berharap besar. Yang dilakukan Lesti kini hanya pasrah dan tetap berusaha sebisanya.
Kadang rasa cemburu itu ada dibenak Lesti setiap melihat suaminya yang setiap malam harus menemani Selfi tidur karena terus mengeluh sakit pada perutnya. Hati Lesti koyak tapi dia tidak bisa berbuat apapun karena itu adalah salah satu resiko yang harus dia hadapi ketika meminta suaminya untuk menikah lagi.
Lesti tahu suaminya maaih menjaga perasaannya dengan tidak peenah berbuat lebih jauh terhadap Selfi meski mereka sudah sah. Dia tahu bagaimana suaminya begitu berusaha untuk tetap bersikap adil pada dirinya dan Selfi. Lesti juga tau jika sebenarnya Selfi pun merasakan cemburu padanya.
Setiap malam dalam kesendiriannya, Lesti selalu bermunajat kepada sang pemilik hidup agar selalu memberikannya kekuatan untuk melalui setiap ujian yang ada dihidupnya. Dia telah memilih hidup untuk dimadu dengan perempuan lain karena keadaan yang mengharuskan meski mungkin harapan untuknya masih ada tapi dia tidak mau terlalu berharap.
Saat melihat senyum Fildan yang begitu bahagia saat berbicara dengan bayi dalam kandungan Selfi itu sudah cukup untuk membuat Lesti juga ikut bahagia. Kadang dia berpikir untuk berhenti berada diantara Fildan dan Selfi dan membiarkan mereka hidup berdua saja tapi dia kembali teringat betapa suaminya itu sangat mencintainya dan janjinya untuk tidak pernah meninggalkan Fildan.
Lesti menghampiri asisten rumah tangganya yang duduk di depan ruang UGD dengan wajah cemas. Dia langsung mengintrogasi bi Ami tentang kronologis kenapa Selfi bisa masuk ke dalam rumah sakit.
"Tadi saya sama nyonya Selfi sedang bersih-bersih taman nyonya, terus tiba-tiba nyonya Selfi berteriak kesakitan dan saya lihat kakinya basah, langsung saja saya minta tolong satpam komplek buat nganter kesini terus hubungin nyonya Lesti.."jelas Bi Ami.
"Astagfirullah.. Ya Allah semoga mbak Selfi baik-baik saja.."gumam Lesti.
Lesti dan bi Ami masih menunggu kepastian keadaan Selfi dari dokter yang memeriksanya, mereka juga masih menunggu kedatangan Fildan yang masih berada dijalan. Tak berapa lama kemudian Fildan datang bertepatan dengan seorang dokter yang menghampiri Lesti.
"Assalamu'alaikum.."salam Fildan.
"Wa'alaikumsalam.."
"Mi apa yang terjadi?"tanya Fildan cemas.
"Ini baru mau dijelaskan dokternya Ru.."jawab Lesti.
Fildan beralih pada dokter yang berdiri di sebelah Lesti.
"Begini pak, bu, air ketuban pasien sudah pecah namun pembukaan jalan lahir masih dua dan kondisi pasien sudah sangat lemah sekali.."
"Lakukan apapun untuk menyelamatkannya dok.."potong Fildan.
"Iya pak, saya sarankan untuk melakukan operasi sesar karena jika menunggu sampai pembukaan bertamnah saya takutnya malah berdampak negatif pada ibu dan bayinya.."jelas sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...