Sesuai janji Fildan, sabtu malam dia dan istri berangkat menuju Bandung seperti permintaan umi Anna. Fildan sengaja menyupiri sendiri mobilnya agar lebih bisa dekat dengan sang istri. Sepanjang perjalan menuju Bandung, banyak sekali hal yang mereka bicarakan untuk mengusir hening dan lelah. Lesti yang sejak pagi sibuk mengurus katering pun harus ikhlas terjaga menemani suaminya meski lelah diarasakannya.
Fildan tau jika istrinya itu terlihat lelah, dia juga sudah menyuruh Lesti untuk tidur namun istrinya itu memang sangat keras kepala kadang-kadang. Lesti mengajak Fildan muroja'ah agar hafalannya tidak ada yang hilang. Lesti senang memiliki Fildan sebagai suaminya karena bagi Lesti, Fildan bukan hanya sekedar suami tapi juga guru untuk menyejukkan hatinya. Setiap mendengar suaru merdu Fildan ketika mengaji, hati Lesti trenyuh, damai dan tenang. Lantunan Fildan bak air yang mengalir membasahi kerongkongan yang kering.
"Ru.. Nanti kalo kita punya anak, Ru mau berapa?"tanya Lesti.
Fildan melirik sekilas istrinya yang sedang menatapnya intens.
"Sekuatnya Mi aja mau berapa, kalo Ru mah siap aja.. Mau bikin kesebelasan pun siap.. Kan yang ngelahirin nanti Mi bukan Ru.."jawab Fildan tersenyum menggoda.
Lesti nampak berpikir.
"Iya juga ya.. Kan yang ngandung dan ngelahirin nanti Mi ya.. Heheh.."
Lesti tertawa menyadari pertanyaan anehnya.
"Kalo gitu Mi mau minta sama Allah biar Mi diberi kesehatan dan kekuatan buat ngandung dan ngelahirin sebanyak apapun generasi penerus agama Allah..."ucap Lesti polos.
"Yakin nih, kata Mama ngelahirin itu sakit loh.."
"Selama Ru selalu ada disamping Mi, insyaallah sesakit apapun Mi akan siap.. Kata umi, kebahagiaan menjadi seorang perempuan itu adalah saat mengandung dan melahirkan..."
"Subhanallah.. Istriku ini hebat sekali.. Amin sayang, semoga keinginanmu dikabulkan oleh Allah.. Kalau nanti kita sudah dikarunia momongan, kita jaga dan didik mereka sebaik mungkin ya.. Jadilah madrasah yang terbaik untuk mereka nanti.."
"Amiin.. Iya Ru, insyaallah.. Bimbing Mi terus ya.. Jangan bosan-bosan negur Mi kalo ada salah, kalo Mi tetep bandel lakuin apa aja buat nyadarin Mi asal itu tidak menyakiti fisik dan hati Mi..."
Fildan meraih tangan Lesti dan menciumnya lama.
"Mi selalu menjadi perempuan sempurna tanpa cela dimata Ru... Insyaallah Ru akan selalu membimbing Mi hingga nanti kita sampai di surgaNya.. Kau adalah bidadariku yang terindah.."
Lesti tersipu, dibalasnya ciuman Fildan di pipinya dan membuat suaminya itu tersenyum senang.
"Lagi Mi.. Yang kanan belum.."ucap Fildan mengedipkan matanya.
"Fokus nyetir dulu Ru.. Jangan mentang-mentang sepi jadi santai-santai.."
Lesti malu karena sudah mencium suaminya tanpa permisi. Dia memalingkan wajahnya yang memerah menatap kearah luar jendela mobil.
Pintu keluar tol macet, sehingga mobil mereka tidak berjalan dengan baik. Saat mobil tidak bisa berjalan sama sekali, Fildan menjawil pipi Lesti agar menoleh dan..
CUP!
Fildan sudah mendekatkan wajahnya sebelum menjawil pipi istrinya sehingga saat sang istri menoleh bibirnya akan langsung bertemu dengan bibir sang istri. Lesti kaget saat tanpa sengaja dia mencium bibir suaminya. Rona merah di pipi Lesti kembali datang dan lebih menunjukkan warnanya.
"Ruuuu..."
"Satu kosong..."
Fildan tertawa lirih melihat istrinya yang jengkel karena dia berhasil membalas ciuman tiba-tiba Lesti dipipinya. Fildan mencubit gemas pipi istrinya yang merona.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...