Satu bulan telah berlalu sejak kejadiaan naas yang membuat Fildan kehilangan kemampuan indera penglihatannya. Selama itu juga dia masih menunggu kabar dari dokternya tentang donor mata yang cocok dengannya namun juga belum mendapatkan kabar baik. Kakinya yang mengalami retak sudah berangsur membaik bahkan dia sudah mulai belajar berjalan kembali untuk melemaskan otot-otot kakinya yang kaku akibat tidak pernah bergerak selama penyembuhan.
Fildan bersyukur disaat kondisinya sedang berada pada masa terburuk dia masib memiliki orang-orang yang menyayanginya dan peduli padanya. Urusan pekerjaan kantor Fildan serahkan semuanya pada abang ipar dan sekretarisnya, dia hanya menunggu laporan saja karena keterbatasannya untuk bekerja. Orang tua dan mertuanya juga sering datang berkunjung sekedar untuk memberinya kekuatan. Kedua istrinya juga selalu ada untuknya, menjadi mata dan kaki disaat dia ingin melihat dan berjalan kemanapun. Suara putranya yang semakin tumbuh dan berkembang mejadi irama yang selalu dia rindukan.
Karena tidak bisa naik ke lantai dua, Fildan beristirahat di kamar Selfi bersama dengan putanya. Kadang Selfi dan Lesti bergantian menjaga Fildan. Namun beberapa hari terakhir, Fildan merasa ada yang aneh dari Selfi. Setiap malam saat mereka tidur bersama, dia selalu mendengar suara isak yang tertahan. Kadang juga batuk yang tidak wajar, ingin sekali Fildan bertanya pada istrinya itu apa ada masalah dengannya namun dia tahan sampai Selfi sendiri yang mengatakan padanya.
Lesti masih sering pergi ke restoran namun hanya sekedar untuk mengecek lalu kembali pulang lagi. Dia tidak tenang jika meninggalkan Fildan terlalu lama, terlebih beberapa kali Lesti tahu jika Selfi sering pergi keluar saat Fildan dan Bara sama-sama sedang istirahat. Dia bertanya pada bi Ami tentang kebiasaan Selfi itu tapi bi Ami bilang tidak tahu karena Selfi hanya pamit untuk pergi sebentar. Saat Lesti tanya pun jawaban Selfi juga hanya ada keperluan dengan teman lama. Lesti tidak mau memaksa Selfi untuk bercerita lebih dalam karena tidak mau membuat perempuan itu merasa tidak nyaman. Lesti hanya berpesan agar Selfi tidak sering meninggalkan Fildan dan Bara sendirian meski ada bi Ami.
Pagi yang cerah di hari minggu, orang tua Fildan dan orang tua Lesti berkunjung bersamaan ke rumah mereka. Ega dan Rafly juga datang serta untuk melihat keadaan kakak mereka yang sejak memdengar kabarnya belum bisa menjenguk karena sibuk dengan pondok.
Lesti mendorong kursi roda Fildan yang menggendong Bara menuju ruang keluarga dimana semuanya sedang menunggu sedangkan Selfi sedang menyiapkan suguhan bersama bi Ami di dapur.
"Bagaimana keadaanmu nak?"tanya umi Anna pada Fildan.
"Alhamdulillah baik umi,"jawab Fildan seraya mencium tangan umi Anna.
Umi Anna mengambil Bara dari gendongan Fildan agar menantunya itu bisa menyalami semua orang. Lesti memapah Fildan perlahan menghampiri semua orang untuk memberikan salam. Kyai Habib membacakan doa kesehatan bagi Fildan juga doa kesabaran agar menantunya itu diberikan kekuatan dan kesabaran yang berlipat oleh Allah SWT.
"Masih belum ada kabar dari dr. Hans nak?"tanya papa Teguh.
"Belum pa, sudah dicarikan tapi belum ketemu yang cocok.. Kan kalo donor kornea itu tidak seperti donor ginjal yang walau sudah diambil satu masih bisa bertahan.. Donor kornea atau retina itukan diambil dari orang yang sudah meninggal yang sebelumnya sudah mendaftarkan dirinya ke bank mata dengan berbagai syarat.."jawab Fildan santai.
Fildan memang tidak terlalu mengambil pusing jika dirinya tak kunjung mendapatkan pendonor karena pasti diluaran sana juga sudah ada yang mengantri untuk bisa kembali melihat keindahan dunia dan dirinya berada diantrian yang sangat belakang jadi harus sabar.
"Abi doakan semoga cepat mendapat pendonor ya nak.."ucap kyai Habib.
"Amiiinnn.. Terima kasih bi, semoga abi juga selalu diberi kesehatan.. Tausyiah boleh, makan jangan sampai lupa.. Fildan pusing setiap hari mendengar Lesti mengeluhkan abi yang susah diberitahu untuk istirahat.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...