Fildan mencium kening Lesti sebelum berangkat kerja seperti yang sudah biasa dia lakukan dan Lesti akan mencium tangan Fildan takzim melepas suaminya mencari nafkah untuk keluarga kecil mereka. Usaha katering Lesti maju sangat pesat hanya dalam empat bulan sejak dia memulai. Fildan sangat bangga dengan kerja keras istrinya membangun usaha. Kini Lesti tidak perlu lagi ke rumah Rani jika Fildan bekerja karena Lesti sudah memiliki teman di rumahnya yaitu para pekerja yang setia membantunya mengurus katering. Lesti memang belum memiliki tempat usaha sendiri dan masih menggunakan rumahnya sebagai tempat produksi.
Lesti duduk di ruang keluarga sembari mengecek keuangan usahanya. Meski tidak pernah mendapat ilmu tentang bisnis namun dengan bantuan suaminya Lesti bisa belajar dengan cepat dan bisa mandiri pada usahanya. Dering ponsel mengusik fokus Lesti.
"Umi.."gumam Lesti senang.
"Assalamu'alaikum umi.. Ya Allah umi, Lesti kangen.."ucap Lesti.
"Wa'alaikumsalam.. Umi juga kangen sayang.. Kamu sih nggak pernah main ke rumah.."
"Kak Fildan masih sibuk umi.. Nanti kalo ada libur pasti kesana, usaha Lesti juga sedang maju umi.."
"Alhamdulillah kalo usaha kalian lancar, tapi jangan terlena sama pekerjaan ya.."
Nada bicara Umi Anna terdengar seperti menggoda namun Lesti tidak bisa menangkap sinyal dari umi Anna.
"Insyaallah umi, kak Fildan sama Lesti akan selalu jaga kesehatan.."jawab Lesti.
"Ish bukan itu sayang..."
"Loh terus apa umi? Umi nggak seneng liat Lesti sehat.."rajuk Lesti.
"Ya Allah nak, kalo polos jangan kebangetan atuh, bukan gitu maksud umi.. Haduh gimana ya bilang ya.."ucap umi Anna kebingungan.
"Apa sih umi, Lesti bingung nih.."
"Cucu sayang.. Kapan kamu mau ngasih umi cucu.."sahut umi Anna gemas.
Lesti menggaruk tengkuknya dan nyengir menyadari kekonyolannya.
"Sabar ya umi.. Masih belum ada rejekinya.."ucap Lesti malu-malu.
"Sudah sering dicoba?"
"Umi jorok ih.. Apanya yang dicoba.."
Pipi Lesti memerah mendengar ucapan umi Anna.
"Putri umi ini sudah menikah masih juga polos, kamu sudah setengah tahun menikah.. Masak belum ada tanda-tanda juga, kalian nggak berniat menunda kan?"tanya Umi Anna.
"Enggak umi, kami malah pengen cepet.. Tapi kalo belum dikasih ya bagaimana lagi, ikhtiar juga sudah dilakukan, tinggal pasrah sama Allah aja umi.."jawab Lesti.
Lesti mengusap perut datarnya, sebagai perempuan dan seorang istri pasti dia sangat ingin bisa segera hamil dan melahirkan keturunan yang lucu dan berakhlak mulia. Tapi jika Sang Pemilik kehidupan belum memberi dia kepercayaan, apa yang bisa dia lakukan.
Lesti dan umi Anna terus mengobrol dan saling bertukar cerita tentang kehidupan rumah tangga. Lesti mendengarkan dengan seksama setiap nasehat dari umi Anna. Lesti bangga memiliki orang tua yang hebat seperti abi dan uminya.
"Coba konsultasi ke dokter nak.."usul umi Anna.
"Tapi Lesti nggak merasa sakit umi.."
"Nggak ada salahnya mencoba, apa salahnya untuk tindakan pencegahan.. Bicarakan dengan suamimu, dia pasti juga sangat menginginkan seorang buah hati.."
"Iya umi.. Nanti akan Lesti bicarakan dengan kak Fildan.."
"Yasudah ya, umi harus ngisi pengajian dulu.. Kalo libur main ke Bandung.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...