Usia kehamilan Lesti sudah menginjak usia tiga bulan, perut ratanya sudah mulai terlihat membuncit bahkan berat badannya bertambah sangat banyak. Lesti sangat terkejut melihat penambahan bobot tubuhnya pada saat kontrol keduanya di rumah sakit bersama dr. Dina. Setelah ramadan dan idul fitri usai, Fildan dan Lesti langsung kembali ke Jakarta lagi karena Fildan sudah harus kembali bekerja pun dengan Lesti yang juga harus kembali mengurus restorannya.
Menginjak usia ketiga masa kehamilannya, Lesti sudah tidak sering mual. Dia sudah bisa makan dengan normal tapi tetap harus Fildan yang memasaknya. Lesti juga sudah tidak sering bangun tengah malam dan minta aneh-aneh lagi, Fildan sangat bersyukur dengan hal itu. Tapi dia jadi bingung karena Lesti tidak meminta apapun lagi padanya kecuali memasak.
"Ru, besok jadwal Mi kontrol ke dokter, bisa nemenin kan?"tanya Lesti.
"Pasti bisa dong sayang.. Besok janjian jam berapa?"
"Lepas dzuhur, habis makan siang gitulah.."jawab Lesti.
"Okay, kalau begitu sekarang tidur biar besok bisa fresh.."ucap Fildan.
Lesti mengangguk, dia mendekatkan tubuhnya pada tubuh Fildan hingga tidak ada jarak diantara mereka. Fildan mendekap tubuh Lesti dan mereka tidur sambil berpelukan.
Keesokan paginya Fildan bangung lebih awal dari biasanya karena dia harus memasak makanan untuk Lesti karena istrinya itu tidak bisa makan selain masakannya. Selesai memasak, Fildan membangunkan Lesti untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Bara juga sudah terlihat rapi dengan baju koko dan sarung yang membuat dia terlihat semakin menggemaskan.
"Umi ayo bangun..."ucap Bara seraya mengguncang lengan Lesti.
"Eunghhh.."lenguh Lesti.
Lesti mengerjapkan matanya dan mengumpulkan nyawanya yang masih melayang-layang.
"Assalamu'alaikum sayangnya umi.."ucap Lesti saat melihat Bara.
"Wa'alaikumsalam umi.. Minum umi.."sahut Bara seraya memberikan segelas air putih.
"Terima kasih sayang, umi mandi dulu ya.."
Bara mengangguk lalu beranjak dari kamar orang tuanya menuju musholla. Fildan melihat dua kesayangannya dengan gemas, dia menghampiri Lesti yang hendak turun dari ranjang.
"Wajahmu pucat Mi, ada yang sakitkah?"tanya Fildan.
"Tidak Ru, hanya lelah saja.. Entah kenapa Mi sekarang jadi mudah lelah.. Bawaan bayi mungkin ya.."jawab Lesti berasumsi.
"Ayo Ru bantu..."
Fildan memapah Lesti menuju kamar mandi dan membantu istrinya itu untuk bersih diri. Setelah semuanya siap, mereka menuju musholla untuk melaksanakan sholat subuh. Suara Bara yang sedang mengaji begitu menyentuh hati Fildan dan Lesti.
"Dia sudah besar ya Ru, sebentar lagi bahkan punya adek.."ucap Lesti.
"Ru senang bisa selalu melihat perkembangannya.. Semoga kelak jika dewasa dia bisa menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya ya Mi.."
"Amiinnn..."
"Uhm Ru, nanti sebelum kontrol kita ke makam mbak Selfi dulu ya.."pinta Lesti.
"Boleh.."jawab Fildan.
Pukul 06:00, Fildan dan Lesti mengantar Bara dan bi Ami ke sebuah sekolah PAUD. Mereka memang sudah memasukkan Bara ke sekolah agar lebih bisa menjalin komunikasi dengan banyak orang dan mengasah kecerdasannya. Selain untuk bersekolah tujuan Fildan yang lain agar putranya itu memiliki teman selama dia dan sang istri bekerja. Fildan selalu senang mendengarkan cerita Bara tentang teman dan sekolahnya. Dunia anak kecil memang menyenangkan dan jauh dari kesan susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...