Lesti sedang menyiapkan sarapan di meja ruang tamu kamar resortnya sedangkan Fildan masih berjibaku dengan dinginnya air didalam kamar mandi. Setelah menyiapkan sarapan, Lesti pun menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya. Sebuah kemeja berwarna merah yang senada dengan gamisnya juga sebuah celana bahan berwarna hitam dia letakkan di atas ranjang. Selama melakukan aktifitasnya, Lesti mendendangkan sebuah nada dari lagu yang sering di dengarnya ketika mengisi pengajian di kampung. Sebuah lagu dangdut milik haji Rhoma Irama.
"Bukan bahu berbintang.. bukan leher berdasi.. yang ku dambakan.. pria yang punya hati.."
"Bukan alis berukir.. bukan bibir bergincu... yang ku dambakan.. gadis yang punya malu.."lanjut Fildan yang sudah berada dibelakang istrinya dan memeluknya mesra.
"cinta karena dasi.. akan segera basi
cinta karena gincu.. akan segera layu.."senandung keduanya.Lesti menatap pantulan dirinya dan sang suami di cermin. Senyum terukir dibibir keduanya. Rasa cinta masih sangat besar diantara keduanya.
"Jabatan perlu tampan pun perlu bahkan emas permata
tetapi cinta di atas segalanya.."lanjut Lesti."Berhias perlu cantik pun perlu untuk gairah cinta.. Akhlak mulia hiasan yang utama.."sambung Fildan.
"Aku mencintaimu karena Allah kak.."ucap Lesti seraya berbalik dan memeluk suaminya.
"Aku juga, kamu adalah jodoh pilihan Allah untukku. Dan akan ku jaga dirimu hingga nafas tak lagi bisa kuhirup.."
Fildan mencium puncak kepala Lesti penuh kasih sayang. Dia begitu mencintai istrinya itu. Tak ada hal yang dapat membuat Fildan bahagia saat ini kecuali senyuman sang istri.
"Ganti baju dulu kak terus kita sarapan.."ucap Lesti melepaakan pelukannya.
"Pakein.."manja Fildan kepada istrinya.
Lesti tersenyum simpul melihat sikap manja seorang Ahmad Fildan Baihaqi. Sosok yang selalu dilihatnya begitu dewasa dan berwibawa dengan wajah penuh kharisma itu ternyata memiliki sisi lain yang sangat mencengangkan. Menurut Lesti sikap itu ada karena Fildan adalah cucu laki-laki satu-satunya sehingga dia mendapat perlakuan istimewa dari keluarga besarnya terlebih Fildan adalah cucu terakhir sebelum kelahiran Ega, lengkap sudah alasan kemunculan sikap manja Fildan.
"Nggak malu sama umur ih.."ledek Lesti.
Meskipun meledek tapi Lesti tetap melaksanakan permintaan suaminya itu. Lesti meminta Fildan untuk memakai celananya dahulu sedangkan dia membuka kancing kemeja. Setelahnya Lesti memakaikan kemeja tersebut dan mengancingkannya. Sesekali Lesti curi pandang ke arah suaminya yang terus saja memperhatikannya.
"Kakak kok ngeliatin kayak gitu sih? Ada yang aneh ya dengan wajah adek?"tanya Lesti malu-malu.
Fildan memegang tangan Lesti yang masih sibuk mengancingkan kemejanya. Dia menyatukan kening mereka hingga masing-masing dapat merasakan deru nafas yang tak beraturan.
"Nggak ada yang aneh kok, kamu cantik.."jawab Fildan.
Mata keduanya bertemu pandang dan saling bertatapan cukup lama.
"Udah selesai kak, yuk sarapan.."ucap Lesti seraya mendorong pelan kepala Fildan dengan kepalanya.
"Ish kau nih mengganggu momen romantis aja.."keluh Fildan.
"Romantis sih tapi perut kakak nggak bisa bohong, adek denger loh bunyinya..."ucap Lesti terkekeh geli.
Fildan memanyunkan bibirnya antara malu dan kesal. Malu karena istrinya tahu kalau dia sedang lapar dan kesal karena istrinya itu sedang mentertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...