Lesti bermunajat dalam sepertiga malamnya, mensyukuri apa yang sudah dia miliki selama 22 tahun menghirup segarnya udara dunia dan menikmati segala keindahan dan kebahagiaan pemberian Sang Pencipta. Sesekali dia melirik suaminya yanh masih tertidur, Lesti sengaja tidak membangunkan suaminya untuk berjamaah karena dia ingin meminta dan meratap sebagai seorang istri kepada Sang Pemberi Rezeki. Lesti mengadu dalam diamnya agar suami tercintanya tidak terusik dengan apa yang dia bicarakan dengan Dzat Yamg Maha Esa.
"Ya Allah, sempurnakanlah hamba menjadi seorang istri dan perempuan.. Satu tahun pernikahanku, umurku juga telah bertambah.. Hamba semakin menua pun dengan suamiku dan orang tua kami.. Ya Allah, ijinkanlah hamba memberikan apa yang sudah sangat mereka semua harapakan.. Ya Allah, hanya kepadaMu lah hamba memohon dan meminta, Engkau satu-satunya tempat untukku mengadu dan berkeluh...."
Setetes air mata mulai turun membasahi pipi Lesti. Dia menahan diri agar suara isakannya tak terdengar oleh Fildan. Lesti sungguh tidak ingin kembali melihat suaminya itu bersedih karena memgetahui jika istrinya masih saja rapuh.
"Ya Allah.. Hamba hanyalah manusia biasa yang tak luput dari dosa, ampunilah hamba jika ada kesalahan yang sengaja atau tidak telah hamba lakukan.. Sungguh tiada maksud berpaling dari Engkau yang Maha Segalanya, pemilik seluruh alam, penggenggam setiap nyawa.. Ya Allah, melihat perempuan yang sedang menggendong bayi, hati kecil hamba berteriak.. Ingin sekali hamba bisa sepertinya, mencurahkan segala kasih sayang untuk anugerah terindah yang Engkau berikan dikeluarga hamba.."
Lesti menyudahi munajatnya dan membereskan perlengkapan sholat miliknya lalu membangunkan Fildan agar dia juga bisa melaksanakan tahajjudnya. Dengan lembut Lesti mengecup pipi Fildan agar suami tersayangnya itu segera bangun.
"Ru, ayo bangun.. Tahajjud dulu, Mi siapin makanan sahurnya.."ucap Lesti.
"Kamu sudah?"tanya Fildan masih setengah sadar.
"Sudah.. Ayo segera, keburu masuk imsyak subuh.. Ntar malah nggak jadi puasa sunnah.."
Lesti menarik lengan suaminya agar bangun namun justru dirinya yang ditarik kedalam pelukan suaminya.
"Bentar lagi ah.. Pengen kayak gini dulu.."ucap Fildan seraya mencium puncak kepala Lesti dan menikmati aroma rambut istrinya.
"Ru, nanti sahurnya nggak makan nih.. Lepasin dulu ah.."
Lesti menggeliat agar suaminya melepaskan pelukannya. Fildan melepaskan tangannya dan bangun dengan tarikan Lesti pada tangannya.
"Mandi atau cuci muka aja gapapa.. Mi tunggu di ruang makan ya.."
Lesti mencium pipi Fildan lalu keluar dari kamar menuju dapur dan menyiapkan makanan sahut untuknya dan suami. Surai panjang Lesti yang tergerai bergoyang indah setiap dia melangkah dan bergerak. Lesti hanya memanaskan sayur yang sudah dia siapkan sejak sore kemarin dan menyiapkannya diatas meja makan.
Semua makanan sudah tertata rapi diatas meja tepat saat Fildan turun dan menghampiri Lesti. Tangan Fildan melingkar dipinggang istrinya yang masih sibuk menyiapkan makanan untuknya dipiring.
"I love you Mi.."bisik Fildan.
Lesti menoleh dan melihat dengan dekat wakah suaminya. Senyum terlukia dibibir Lesti.
"I love you too.."balas Lesti seraya mencium singkat bibir Fildan.
Fildan sangat senang mendapat ciuman dari Lesti. Dia pun berkali-kali mencium pipi istrinya hingga membuat Lesti kegelian. Mereka menikmati santap sahur dengan penuh kenikmatan. Setelah selesai sahur, Fildan membantu istrinya untuk membersihkan dapur dan meja makan sembari menunggu kumandang adzan subuh terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...