Keluarga besar PP. Mambaul Amin sangat berbahagia malam itu, tepat dimalam terakhir Ramadhan dengan diiringi gema takbir yang berkumandang, Umi Anna melahirkan anak keduanya. Umi Anna melakukan proses kelahirannya dirumah dibantu oleh seorang bidan. Kyai Habib sangat senang dengan kelahiran tersebut.
"Abi, dedek bayi sudah datang ya?"tanya putra sulung Kyai Habib, Fahreza Rahman Rasyidin.
Kyai Habib menggendong putranya yang berusia lima tahun itu untuk menemui sang istri dan bayinya.
"Reza mau ngasih nama dedek bayi?"tanya kyai Habib.
Reza mengangguk dan merangsek turun untuk mendekat kepada adiknya.
"Dedek bayi perempuan ya abi?"tanya Reza. Kyai Habib mengangguk.
"Lesti abi.. Lesti Annisa.."ucap Reza.
Kyai Habib manggut-manggut.
"Bagus, abi tambahin ya.. Lestiani Khairunnisa, bagaimana?"
"Bagus abi, seorang perempuan bernama Lesti.."sahut umi Anna.
Kelahiran Lesti membuat suasana pondok pesantren semakin berwarna. Lesti mungkin seorang perempuan, tapi dia sangat dekat dengan sang kakak. Kemanapun kakaknya pergi dia pasti mengikuti, bahkan jika sang kakak mengajipun dia akan ikut. Lesti tidak pernah rewel jika Reza sedang mengaji. Dia akan duduk diam mendengarkan kakaknya mengaji, dia tidak pernah takut akan diganggu oleh teman kakaknya karena yakin jika Allah dan kakaknya akan menjaganya.
Seringnya bergaul dengan laki-laki membuat Lesti kecil menjadi seorang yang pemberani. Dia tak pernah bersikap manja kepada siapapun kecuali sang kakak. Reza, meski abi dan uminya tidak pernah memanjakan Lesti tapi dia akan selalu memanjakan adiknya itu. Walau hanya sekedar membelikan adiknya itu jajanan.
Saat akan berusia tujuh tahun, ada sebuah kejadian yang membuat keluarga kyai Habib begitu trenyuh dengan sikap sang putri. Lesti yang baru saja pulang mengaji bersama sang kakak sangat ingin pergi jalan-jalan karena teman-temannya bercerita tentang keseruan mereka berlibur bersama orang tuanya.
Lesti berlari menghampiri umi nya yang sedang memasak di dapur.
"Umiiiiii...."teriak Lesti.
Gadis kecil itu menghambur memeluk umi Anna.
"Astagfirullah Lesti.. Salam dulu nak.."tegur umi Anna.
"Maaf umi.. Assalamu'alaikum umi.."ucap Lesti mencium tangan umi Anna.
Reza yang baru saja masuk ke dapur pun melakukan hal yang sama seperti Lesti.
"Sekarang baru cerita.. Ada apa?"tanya Umi Anna.
"Lesti pengen jalan-jalan sama umi, abi dan kakak.."jawab Lesti.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Teman Lesti semuanya cerita abis jalan-jalan, tapi Lesti tidak pernah.. Lesti tidak bisa bercerita.."jawab Lesti sedih.
"Putri umi kok murung gini, yaudah nanti umi minta abi biar kita jalan-jalan, mau?"
Lesti melonjak kegirangan, bukan karena umi Anna mengabulkan keinginannya tapi karena besok juga hari yang sangat penting bagi Lesti. Reza mengajak Lesti untuk muroja'ah bersama sembari menunggu kyai Habib pulang dari pengajian.
Diusia yang belum genap tujuh tahun, Lesti sudah menghafal 10 juz dari 30 juz Al-Qur'an.
"Kak Reza, ceritakan lagi tentang Fatimah Az-Zahra.."pinta Lesti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...