"Shodaqallahul adzim..."
Lesti mengakhiri pengajian remaja yang dipimpinnya. Setiap sabtu sore dia memang rutin mengadakan pengajian untuk para remaja putri di sekitar pondok pesantren.
"Mereka tidak mondok karena tidak siap dengan kehidupan pondok, tapi bukan berarti mereka tidak haus akan ilmu agama.."
Itulah kalimat yang selalu dilontarkan Lesti jika beberapa santriwati bertanya kepadanya tentang pengajian sore yang dilakukannya di masjid kampung. Tidak jarang beberapa santriwati ikut ketika Lesti sedang mengisi pengajian, beberapa diantara mereka merasa jika pengajaran yang dilakukan Lesti sangat berbeda dengan yang ada di pondok. Lesti lebih lugas dan bisa membaur dengan para remaja putri tersebut.
"Jangan samakan anak pondok dengan mereka yang tidak mondok.. Apa yang anak pondok bilang enak belum tentu mereka juga bilang enak.. Semua sudah ada porsinya.."jelas Lesti kepada para santriwati.
"Alhamdulillah pengajian sore ini telah selesai, sembari menunggu adzan magrib berkumandang, adakah yang ingin kalian tanyakan?"tanya Lesti.
Lesti menatap seluruh remaja putri yang rutin mengikuti pengajiannya, dia sangat senang karena semakin hari jamaah pengajiannya semakin banyak. Bahkan ada yang dari kampung sebelah juga ikut karena ajakan temannya. Tidak ada yang membuat seorang pengajar bangga kecuali dia bisa memberikan banyak manfaat bagi mereka yang diajarinya.
"Ustadzah, ceritakan lagi dong tentang perempuan-perempuan mulia penghuni surga.."pinta seorang remaja.
"Kalian maunya siapa? Ada banyak sekali dan semuanya memiliki hikmah yang berbeda.."ucap Lesti.
"Yang ada hubungannya dengan cinta dong ustadzah.."celetuk seorang lainnya.
Lesti tersenyum mendengar celetukan itu, wajar saja jika topik percintaan akan dia dengar karena pengajian tersebut memang untuk para remaja putri yang kebanyakan sudah puber dan pasti mulai merasakan sebuah rasa yang fitrah bernama cinta.
"Ah kau pasti ingin cari pembenaran karena suka sama si Joni kan?"seru teman disebelahnya.
Seketika suasana menjadi sedikit riuh karena sorakan yang lainnya.
"Sudah-sudah kok jadi riuh begini.. Hayo tenang dulu, nanti ustadzah nggak mau cerita loh.."ucap Lesti menenangkan.
Usia Lesti dengan para remaja itu hanya terpaut 3-4 tahun, jadi bisa dibilang dia adalah kakak bagi para remaja itu dan Lesti selalu bisa menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya itu.
Hening tercipta saat Lesti mengucapkan kalimatnya, jurus andalan jika suasana sudah mulai memanas. Lesti menatap satu per satu wajah yang selalu terlihat setiap sabtu sore itu.
"Kalian tahu tentang Rabiatul Adawiyah?"tanya Lesti.
Semuanya menggeleng, wajah mereka tampak berpikir dan penasaran dengan kelanjutan pertanyaan Lesti.
"Dengarkan ya, renungi cerita ini dan nanti ustadzah minta kalian untuk menuliskan apa yang kalian ambil dari cerita ini.."titah Lesti.
Lesti melemparkan senyumnya sebelum memulai cerita, kisah tentang seorang sufi wanita bernama Raiah Basri atau lebih dikenal dengan Rabiah Al Adawiyah atau Rabiatul Adawiyah. Seorang wanita mulia yang begitu mencintai Allah dan tidak menikah sekalipun karena ia tak mampu membagi cintanya sampai jantungnya tak lagi berdetak.
"Apa yang membuat Rabiah tidak menikah ustadzah?"tanya seorang remaja.
"Rabiah Al Adawiyah terlahir dari keluarga yang miskin lagi hina, dia melewati masa kecilnya dengan penuh penderitaan, kehilangan kedua orang tuanya kemudian kehilangan tiga kakaknya karena wabah kelaparan. Rabiah kemudian dirawat sebagai budak oleh seorang yang sangat kejam. Ia juga dijual dengan harga murah pada orang lain.. Rabiah setiap malam berdoa kepada Allah, doa yang begitu menyayat menurut ustadzah sendiri.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...