THE BABIES

1.1K 100 42
                                    

Memasuki bulan kelima usia kehamilan Lesti, Fildan sedikit lebih tenang karena Lesti tidak lagi banyak menginginkan sesuatu terlebih sejak kejadian Fildan harus dilarikan ke rumah sakit selepas turun dari wahana bianglala di usia kehamilan Lesti yang ketiga saat mereka pergi ke taman bermain.

Fildan yang memiliki ketakutan pada ketinggian memaksakan diri untuk tetap naik bianglala bersama istrinya. Dia tidak berpikir jika dirinya akan pingsan bahkan sampai dibawa ke rumah sakit. Dalam benaknya saat itu dia hanya berusaha melawan ketakutannya agar sang istri senang. Sepanjang wahana berputar, Fildan hanya diam dan memejamkan matanya. Sesekali saja dia membuka mata jika Lesti mengajaknya bicara atau memintanya untuk melihat apa yang dia lihat.

Mata Fildan berkunang-kunang setiap melihat ke arah luar kapsul bianglala. Nafasnya juga memburu sangat cepat begitupun dengan detak jantungnya yang berdebar tak berirama. Ketika kecil Fildan pernah jatuh dari ayunan saat bermain bersama kakak-kakaknya dan sejak itu dia tidak mau lagi naik wahana yang tinggi. Bahkan naik pohonpun Fildan tidak pernah berani.

Saat menginjakkan kakinya ditanah, tubuh Fildan langsung limbung dan dia jatuh tak sadarkan diri. Lesti yang melihat suaminya pingsan langsung meminta abang iparnya untuk menolong Fildan. Tangis Lesti pecah saat itu juga, Rani yang ada bersamanya berusaha menenangkan Lesti agar tidak panik.

"Kak, kak Fildan kenapa? Kenapa tiba-tiba pingsan?"tanya Lesti.

Lesti berjalan dipapah oleh Rani menuju mobil ambulance yang akan membawa Fildan ke rumah sakit karena tak kunjung sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan pertama dari petugas medis taman bermain.

"Dia sebenarnya phobia ketinggian Les, tapi karena nggak mau ngecewain kamu dia memaksa dirinya sendiri buat berani.. Kakak pikir dia bakal baik-baik aja karena dia suka banget liat gedung-gedung dari balik ruangannya, eh taunya nggak berpengaruh apa-apa.."jawab Rani.

"Phobia? Kok Lesti nggak tau,"

"Mungkin dia nggak mau kamu tau kelemahan dia Les, dia ingin kamu hanya tau kalo dia itu kuat.. Jadi sekarang kamu juga harus gitu, jangan nangis lagi.. Kakak yakin dia akan baik-baik saja, kamu harus kuat.. Demi Fildan, demi Bara dan demi calon anak kamu ini.."ucap Rani.

Lesti terus menangis karena merasa bersalah pada suaminya. Dia merutuki dirinya sendiri karena tidak tahu tentang ketakutan yang dimiliki oleh suaminya.

Lesti duduk disebelah brankar Fildan yang terbaring dengan selang oksigen dihidungnya dan selamg infus ditangan kirinya. Bara tertidur disebelah Fildan sembari memeluk abinya. Lantunan ayat suci yang dibaca Lesti dari mushaf pemberian Fildan untuknya terus terdengar. Suara Lesti bergetar karena berusaha menahan tangisnya.

Kedua orang tua Fildan sudah meminta Lesti untuk beristirahat agar kesehatannya juga terjaga namun Lesti menolak karena inhin terus berada disamping suaminya sampai membuka mata. Lesti ingin menjadi orang pertama yang akan dilihat oleh suaminya saat dia sadarkan diri nanti.

"Ru, maafkan aku.. Maaf sudah menyusahkanmu, kumohon bangunlah.. Ini sudah satu jam Ru, ayo bangunlah.."bisik Lesti ditelinga Fildan.

Lesti melihat ada pergerakan dimata Fildan, dia terus mengajak Fildan berbicara sampai akhirnya dia mendengar suara Fildan yang memanggilnya.

"Mi.."ucap Fildan lirih sekali.

"Alhamdulillah.. Ru.. Ini Mi, aku disini.."sahut Lesti.

Lesti menekan tombol panggolan agar dokter datang ke kamar inap Fildan. Beberapa menit kemudian dokter datang diikuti oleh keluarga Fildan yang menunggu diluar kamar.

SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang