Suasana kediaman orang tua Fildan sangat ramai dengan orang-orang yang sibuk mempersiapkan acara pengajian tujuh bulan kehamilan Lesti. Setelah melaksanakan di pondok pesantren dua hari sebelumnya, kini acara dilanjutkan di rumah orang tua Fildan atas permintaan mama Fildan.
Lesti mengurung dirinya di kamar dan tidak mau mengobrol dengan Fildan karena kesal permintaannya tidak juga dituruti. Suaminya itu selalu memberinya banyak alasan dan janji-janji sampai usia kehamilannya menginjak bulan ketujuh.
"Les, siap-siap yuk.. Bentar lagi acara mau dimulai loh.."ajak Rani pada adik iparnya.
Lesti yang sedang tilawah menghentikan kegiatannya dan menatap sang kakak yang berdiri diambang pintu kamar.
"Kak, kak Fildan kemana?"tanya Lesti.
"Tadi nggak mau ngomong, sekarang dicariin.."ledek Rani.
"Ya habis aku kesel.. Masak sampek sekarang nggak diajak nonton konser juga.."keluh Lesti.
"Kan udah dikasih tau Fildan kalau mereka nggak ada agenda show bareng di Jakarta, sekalinya ada jauh dan kamu udah nggak boleh naik pesawat lagi.."ucap Rani seraya mengusap perut Lesti yang semakin membesar karena berisi dua bayi mungil.
Lesti menghembuskan nafas berat dan mengusap perutnya.
"Nak, nanti jangan ileran ya.. Abi sama umi udah berusaha tapi memang belum ada jalannya.. Kaliam yang sabar ya.."ucap Lesti membuat Rani tersenyum geli.
"Yasudah ayok mandi terus dandan, bentar lagi ashar..."ajak Rani seraya membantu Lesti berdiri.
Memiliki tubuh yang kecil dan harus membawa dua bayi dalam perutnya membuat Lesti kesusahan bergerak sejak usia kehamilan enam bulan. Berjalan sebentar saja sudah membuatnya lelah dan kesulitan bernafas sehingga membuat Fildan memaksanya harus menggunakan kursi roda. Fildan mempekerjakan seorang supir dan pembantu lagi untuk mengantar Lesti dan Bara jika diriya tidak bisa. Bi Ami dia tugaskan untuk fokus memperhatikan Lesti. Fildan sangat berusaha menjadi suami siaga untuk istri tercintanya. Setiap Lesti menelpon dan memintanya untuk bertemu maka dia akan meninggalkan apapun yang dikerjakan. Fildan sadar belum bisa memenuhi satu keinginan Lesti jadi dia akan berusaha lebih untuk keinginan yang lainnya.
Rangkaian acara pengajian dimulai sejak ba'da Ashar untuk para jamaah pengajian lalu selepas isya untuk tamu undangan dari kolega keluarga Fildan. Lesti tampil sangat cantik dengan gamis berwarna putih beraksen payet warna merah dan hijab berwarna merah. Dia nampak segar dan penuh semangat. Perutnya yang besar menambah kesan cantiknya. Fildan dan Bara juga nampak gagah dengan baju koko berwarna putih senada dengan gamis Lesti. Fildan terus berada disamping Lesti untuk menemani istrinya sedangkan Bara bersama dengan Rian. Walau Lesti masih ngambek pada Fildan tapi dia tidak bisa jauh dari suaminya.
Acara demi acara berlangsung dengan khitmad hingga pada acara malam hari Fildan sudah menyiapkan sebuah kejutan untuk istrinya. Selepas pengajian adalah acara ramah tamah, para tamu undangan diperkenankan untuk mencicipi hidangan yang sudah disediakan secara prasmanan. Acara tujuh bulanan tersebut layaknya sebuah acara pernikahan karena mama Fildan menyediakan pelaminan untuk Fildan dan Lesti duduk. Para tamu juga menyalami Fildan dan Lesti seraya mendoakan untuk kelancaran proses kelahiran nanti.
"Lelah Mi?"tanya Fildan pada Lesti.
"Tidak Ru, Mi justru senang karena melihat semua orang juga senang.."jawab Fildan.
"Umi, Abi.."panggil Bara yang berjalan kearah mereka.
"Iya nak, Bara sudah makan?"tanya Lesti pada bocah yang akan berulang tahun keempat itu.
"Alhamdulillah sudah umi, tadi abang Rian ajak Bara makan bareng.."jawab Bara.
"Sini duduk ditengah.."ucap Lesti menepuk kursi diantara dirinya dan Fildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...