Setelah mendengarkan vonis dr. Dina tentang keadaan rahimnya, Lesti mulai kembali merajut asanya bersama Fildan. Semua pengobatan yang disarankan oleh dr. Dina dilakukan Fildan dan Lesti dengan senang hati dan penuh harapan yang besar. Setiap hari do'a selalu mereka panjatkan untuk keberhasilan ikhtiar keduanya hingga tak terasa waktu sudah berjalan dua bulan lamanya.
Meski Lesti tahu jika penyakitnya tidak akan pernah sembuh dia tetap berharap pada Allah untuk bisa merasakan indahnya masa kehamilan dan melahirkan walau sekali saja. Ya, endometriosis bukanlah penyakit yang bisa sembuh seratus persen kecuali pasiennya dibuat menopause dini atau operasi pengangkatan rahim dan indung telur. Pengobatan yang dilakukan pada penderita endometriosis hanyalah upaya untuk memperlambat tumbuhnya jaringan endometrium yang tidak seharusnya dan mengurangi gejalanya juga memberikan kesempatan bagi wanita untuk tetap bisa hamil.
Setiap kontrol kepada dr. Dina, Lesti selalu bertanya apapun yang belum dia tahu dan pahami tentang penyakitnya. Semangat Lesti sangat besar meski harapannya kecil. Lesti juga mulai merubaha pola hidupnya menjadi lebih sehat, dia juga sering mengikuti berbagai seminar kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi, kehamilan juga kelainan-kelainannya. Di setiap seminar yang diikutinya, Lesti banyak bertemu para perempuan yang juga sedang berjuang sama sepertinya. Banyak pelajaran yang diperoleh Lesti dari setiap teman barunya. Lesti bersyukur karena dia mengetahui penyakitnya sejak dini karena ada seorang temannya yang baru tahu setelah beberapa tahun menikah.
"Saya sudah menikah selama enam tahun, diawal tahun pernikahan saya dan suami sepakat untuk menunda kehamilan dengan memasang alat kontrasepsi pencegah kehamilan.. Mungkin karena saking enaknya hidup berdua kami jadi lupa kalo kehadiran seorang anak itu juga sangat penting dalam kehidupan rumah tangga kami, lalu saya berunding dengan suami dan akhirnya kami memutuskan untuk program hamil.. Namun ternyata disanalah permasalahan dimulai, setelah banyak konsultasi dengan dokter kandungan karena program hamil kami tidak berhasil, saya baru tahu kalo ternyata saya bermasalah.. Disitu hati saya hancur, saya menyesal karena sempat menunda.. Saya tidak peka pada kesehatan saya sendiri.."
Lesti berkaca-kaca mendengar cerita narasumber yang sangat menyentuh hatinya. Dia juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh narasumber tersebut.
"Saya sempat depresi saat itu tapi beruntung saya memiliki suami yang sangat pengertian dan mencintai saya.. Dia selalu memberi saya kekuatan untuk kembali bangkit dan menatap harapan yang ada.. Satu setengah tahun saya dan suami berharap setelah melakukan semua pengobatan dan alhamdulillah keajaiban itu ada.. Tuhan masih memberi saya kesempatan untuk bisa melahirkan putri kecil kami yang sekarang usianya sudah satu tahun ini.. Bidadari mungil kami.."
Airmata Lesti lolos saat melihat narasumber tersebut mencium mesra bayi yang ada digendongannya. Lesti juga berharap Allah segera memberikan dia kesempatan sama seperti narasumber tersebut.
Lesti sudah siap untuk berangkat ke restoran bersama Fildan yang akan berangkat ke kantor. Dia terlihat sangat anggun dengan khimar yang membalut tubuhnya. Fildan berdecak kagum saat melihat istrinya berjalan menghampirinya dengan senyuman yang sangat menawan.
"Cantik sekali istriku ini.."puji Fildan seraya mencium kening Lesti.
"Suamiku juga sangat tampan.."
"Hari ini ada agenda apa kamu?"tanya Fildan.
"Hanya di restoran saja, tapi nanti ada tamu yang ingin menawarkan kerjasama untuk membuka cabang restoran kita.. Ru bisa menemani?"
"Jam berapa?"
"Saat makan siang, bisa?"
"Baiklah.. Aku akan datang dan menemanimu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SR 2 : PERNIKAHAN IMPIAN (FIN✔)
FanfictionIni bukan sekuel, ini kisah sebuah rasa yang berbeda. Pernikahan impian sebagai akhir sebuah rasa. Pernikahan adalah muara dari sebuah rasa yang hadir. Sebuah ikatan suci yang dihiasi janji kepada sang pemilik hati. Janji setia sehidup semati, tapi...