45-Goodbye

2.2K 123 31
                                        

Rumah Seli...

"Huu gak kerasa.. nanti sore lo berangkat." Ujar Eca kemudian memeluk Seli.

Yah, hari ini Seli akan berangkat ke Medan. Dan keempat sahabatnya ini menawarkan diri untuk mengantarkannya ke bandara.

Seli pun kini tengah mengemasi barang-barangnya. Jujur saja, dalam hati Seli sangat berat untuk meninggalkan kota Jakarta dan Sahabat-Sahabatnya ini.

Namun bagaimana lagi? Dia tidak punya pilihan. Semalam Seli mengemasi buku koleksinya Dan kegiatannya terhenti saat ia memegang sebuah buku Filsafat.

Sedetik kemudian, air mata pun mulai membendung di pelupuk matanya.

Buku ini mengingatkannya pada Angga. Waktu itu ia membelinya bersama Angga. Yah dan seketika air mata pun meluncur bebas di wajah cantiknya.Seli menangis. Kenapa dirinya begitu sulit melupakan Angga?.

Sedangkan Angga, cowok itu sama sekali tidak terlihat 1 bulan terakhir. Dan itu membuat Seli berfikir bahwa Angga benar-benar sudah melupakannya.

Padahal yang terjadi itu sebaliknya. Angga selalu berusaha untuk menemui Seli tapi selalu di cegah oleh Hanzel. Entah itu di sekolah atau di manapun Seli berada. Angga sudah seperti seorang penguntit dan stalker. Selalu mengikuti Seli. Namun Hanzel seperti Bodyguard bagi Seli. Pagi siang malam selalu berada di dekat Seli. Tidak membiarkan Angga mendekati Seli.

Apa Seli dan Angga akan berakhir seperti ini saja? Entahlah. Mungkin takdir mereka memang harus di pisahkan.

"Woy!" Tegur Hanzel ketika sadar Seli tengah melamun.

Seli pun sedikit terkejut lalu memandang Hanzel yang berada di depannya.

"Lagi mikirin apa sih?" Tanya Hanzel.

"Iya dari tadi pandangan mata lo kosong banget dah!" Timpal Linfa.

"Jangan bilang lo lagi mikirin  kak Angga?" Ujar Naya sarkastik yang langsung membuat Seli tertunduk.

Suasana seketika pun jadi hening.

Hanzel Eca dan Linfa pun melotot le arah Naya. Wajah Naya langsung berubah. Ia memgang pundak Seli.
"Ma maafin gue Sel.. gue asal bicara.."

Seli menghembuskan nafasnya pelan lalu ia memgang tangan Naya.
"Bukan salah lo juga kok Nay. Dari tadi gue emang lagi mikirin dia." Jelas Seli sendu.

"Gue pikir dia udah bener-bener lupain gue. Entah dia tau apa enggak gue bakal pindah. Eh kalau taupun dia gak akan peduli yak? Hahah..." nada suara Seli mulai bergetar.

Srup...

Seli menarik ingusnya. Cewek itu menangis lagi. Ia menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya.

"Tau gak? Satu bulan ini gue bener-bener gak tau kabar dia kaya gimana? Dia lagi apa? Udah lupain gue kah? Gue gak tau. Dan anehnya itu malah buat gue sedih. Seharusnya gue seneng kan? Ini yang gue mau kan? Tapi... tapi kenapa?" Tangis Seli pun pecah.

Keempat sahabatnya pun memeluk Seli. Mereka jadi Iba. Mereka berempat jadi merasa bersalah. Mereka lah yang sengaja menjauhkan Angga dari Seli. Tapi itu semua mereka lakukan demi Seli. Demi kebahagiaan Seli.

Tapi ternyata mereka salah. Bukannya membuat Seli bahagia, mereka malah membuat Seli makin menderita.

....

Sementara itu di tempat lain...

Tok tok tok....

"Rangga, tolong buka pintunya. Dari kemarin kamu belum makan apapun loh." Ujar wanita paruh baya dari balik pintu kamar Angga.

Anak SMA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang