26-koma

2.2K 140 4
                                    

Eca sudah masuk ke dalam ruangan UGD. Naya dan Raka juga menunggu di depan ruangan UGD tersebut.sedangkan pak Bowo sedang mengurus administrasi dan menghubungi orang tua Eca.

"Rakaa, gimana nih?" Ujar Naya khawatir dan mondar mandir di depan ruangan itu.

"Udah kamu tenang dulu, Eca udah di tanganin sama Dokter." Ujar Raka seraya menarik Naya agar duduk di sebelahnya.

Naya masih terlihat gelisah. Sedetik kemudian ada suara langkah kaki yang di sentakan begitu keras menuju ke arah Naya dan Raka. Dia Hanzel.

Hanzel datang bersama Gafin tentunya.

"Hanzel.." pekik Naya kemudian memeluk Hanzel.

"Eca gimana?" Tanya Hanzel. Mata Hanzel juga sudah sangat sembab akibat menangis di mobil tadi.

"Lagi di tanganin sama Dokter. Kulitnya udah kaya melepuh." Jelas Naya dengan suara yg bergetar.

"Sebenernya apa yang terjadi sama Eca?"tanya Hanzel setelah Dirinya dan Naya duduk di kursi tunggu.

Sedangkan Raka dan Gafin hanya memandang mereka berdua iba.

"Maaf, kayaknya gue baru liat lo. Lo siapanya Hanzel?" Tanya Raka sedikit tidak enak.

"Oh, aku Gafin. Cal... bukan, temennya Hanzel." Ujar Gafin memperkenalkan dirinya. Mereka berdua pun saling berjabat tangan.

"Jadi gue sama Linfa nyari Eca kesemua tempat dan nggak ada. Trus gue keinget satu tempat yang belum gue cek yaitu Rooftop,Gue pikir Eca disana. Dan ternyata bener, Eca di iket di kursi pake lakban. Dia kayaknya udah kelamaan di jemur. Gue nemuin Eca dalam kondisi pingsan dan ku kulitnya... hiks..hiks.... gue nggak ..." jelas Naya terisak. Dia bahkan sampai tidak bisa meneruskan ucapannya .

Hanzel mengelus punggungnya berharap Naya akan lebih tenang.

"Dan lo, lo nggak buat masalah kan sama kak Valle?" Tanya Naya.

Hanzel diam. Pasalnya ia baru saja berjelahi dengan Valle.

"Gue, gue berantem sama dia." Jujur Hanzel. Naya menghela pelan kemudian menghadap Hanzel.

"Lo dapet masalah dong?"

Hanzel mengangguk lemah.

"Gue yakin, cabe kering yang bikin Eca kaya gitu" ujar Hanzel yakin.

"Tapi kita nggak ada bukti. Di Roftoop nggak ada CCtv nya. Trus, kita mau ngebuktiin pake apa?" Tanya Naya semakin bingung. Hanzel juga terlihat bingung.

"Kita pikirin itu nanti, yang harus kita pikirin sekarang Eca. Dan gue bakal berusaha bikin si cabe keriting berlutut di depan Eca!" Jelas Hanzel. Ia terlihat serius dengan ucapannya. Naya hanya diam dan mengangguk.

"Gue udah ngabarin Seli juga, tapi belum ada balesa."ujar Naya sambil membuka layar ponselnya.

Sedetik kemudian Hanzel menepuk jidatnya. Ia baru teringat dengan Seli.

"Seli kayaknya lagi di UKS deh." Kata Hanzel ragu.

Naya menyeringitkan Alisnya lalu memandang Hanzel tanda meminta penjelasan.

"Jadi, pas gue lagi berantem sama si cabe kering, dia berusaha buat pisahin gue. Gue yang lagi emosi banget gak pandang siapapun, trus gue gak sengaja nyikut Hidung Seli sampe keluar darah. Lo tau sendiri kan Seli paling takut liat darah, dan dia akhirnya pingsan di tempat." Jelas Hanzel lalu di balas anggukan oleh Naya.

Ceklek...

Pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan seorang dokter laki-laki paruh baya. Hanzel dan Naya pun berdiri secara bersamaan dan langsung memandang dokter itu.

Anak SMA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang