7. Rasa Tak Nyaman

251 46 29
                                    

Vote comment jika berkenan

Dont be silent readers

Kalau ada typo kasih tau ya...

Happy reading :)

****

Kamu datang dalam hidupku yang datar, mengubahnya menjadi lebih bergelombang. Kamu hadir pada hatiku yang kosong, mengisinya dengan kesedihan

***

Dinginnya angin sore dan derasnya hujan menemani Kanaya disini, ia sedang duduk di halte sendirian. Menunggu jemputan abangnya

Sekarang sudah pukul 5 sore, artinya Kanaya sudah duduk diam disini selama 30 menit

Ya, Kanaya baru menyelesaikan urusannya di sekolah hingga pukul 16.30

Kanaya diam dengan pandangan menerawang ke bawah, dia menunduk

Entah kenapa setiap mendengar tuts piano yang ditekan setiap pulang sekolah, hati Kanaya ikut teriris, ia jadi rindu papa dan mama nya. Pianis itu seperti menyiratkan luka dan kekecewaan

Kanaya menyadarkan dirinya sendiri dengan menghela nafas, ia tidak boleh kan melamun dalam kondisi hujan dan sendirian seperti ini, mana sudah sore lagi

"Duh, bang Gibran kemana si," gumam Kanaya sambil melihat jam di pergelangan tangannya

Kanaya mencoba mengirimi pesan pada abangnya namun tak kunjung dibalas, dibaca saja tidak.

Mana sudah sangat sulit menemukan angkutan pada jam segini.

Hujan deras pun sudah berganti dengan gerimis, langit sudah tak segelap tadi, dan Kanaya masih tetap duduk sendirian disini menungu sesuatu yang tidak pasti.

Ah sialan! Ini begitu membuang buang waktu Kanaya. Andai ia membawa novel yang baru dibelinya kemarin, pasti ia tidak akan se bosan sekarang

Tinnnnnn

Suara klakson sepeda motor di bunyikan begitu kencang di depan Kanaya

Pengendara sepeda motor tersebut hanya nyengir lebar diatas motornya saat berhasil mengagetkan Kanaya.

"Kaget bego!" ucap Kanaya

"Makanya, cintai jantungmu, minum susu tiap hari," ucap pengendara motor tersebut

"Gak jelas," cibir Kanaya

"Belum pulang Nay?"

"Udah"

"Kok masih disini?"

"Ya berarti belum pulang, gimana si lo!"

"Ya sans aja si jawabnya..  Hobby amat nge gas"

"Suka suka gue lah"

"Sini babang Rafka anter pulang," ucap Rafka

RAFKANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang