Don't be silent reader
Kalau ada typo kasih tau
Happy reading :)
***
Lukanya mungkin terlalu dalam untuk aku yang terlalu lemah untuk bangkit, atau terlalu keras kepala untuk menerima.
***
Part 29
Tanggal 13
Rafka mengerejapkan matanya beberapa kali. Kemarin ia tak sadarkan diri. Sekarang sudah pagi dan Rafka baru bangun.
Tak lama pintu kamar apartemennya terbuka. Dokter Hans masuk bersama Greisy
"Dokter.. Mama mana?" tanya Rafka. Astaga. Ternyata Rafka belum sadar sepenuhnya
"Sayang.."
Greisy menggenggam tangan Rafka sambil mengelus rambutnya. Hatinya teriris mendengar yang terjadi pada Rafka kemarin.
"Tante, Mama mana?"
Greisy tak tau harus menjawab aja. Dia hanya mengeratkan genggamannya pada Rafka
"Rafka.."
Rafka menatap ke arah dokter Hans. Sejujurnya Rafka sadar. Tapi dia tak ingin. Ia ingin melihat Mamanya lagi. Tapi bukan saat detik detik kematian seperti kemarin.
Rafka melepaskan genggaman Greisy dan berbalik badan. Rafka ingin mengamuk sekarang juga rasanya.
Greisy tau Rafka sedang hancur. Ia pasti merindukan Mamanya.
Dokter Hans pergi keluar meninggalkan keduanya
"Kalau ada apa apa panggil saya," ujar dokter Hans pada Greisy dan pergi
Greisy menarik pelan kepala Rafka hingga menatap kearahnya. Mata Rafka sudah memerah menahan tangis. Biar bagaimanapun, Rafka belum cukup dewasa untuk ini. Greisy menarik Rafka untuk duduk, sedangkan ia berdiri di depannya
"Sayang... Mama udah tenang di surga"
"Jelas jelas kemarin saya ketemu Mama"
"Rafka.."
"Mama main piano untuk saya kemarin!"
"Tante tau kamu sebenarnya mengerti..."
"Mengerti apa? Mengerti kalau Mama udah gaada?!"
"Jalas jelas kemarin Mama mainin piano untuk saya!"
"Rafka.."
"Mama tertawa bersama saya kemarin..."
"Mama tertawa.."
"Ma..ma.. ter..ta..wa"
Suara Rafka semakin bergetar. Rafka menundukan kepalanya dalam dalam. Tak kuasa menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKANAYA
Teen FictionSaat sesuatu yang kau inginkan mulai mendekat dan hampir tergapai. Namun hatimu malah menarik dirimu kearah lain -Kanaya Shaqilla Ini kisah Kanaya Shaqilla, seorang ketua Osis dengan hidup monotonnya sampai kemudian seseorang yang dia sukai sejak a...