47. You

110 11 7
                                    

Happy reading :)

****

Terimakasih sudah mencintai dengan cara yang paling mendewasakan.

***

Kau datang tatkala sinar senjaku telah redup
Dan pamit ketika purnamaku penuh seutuhnya

~now playing~

Kukira kau rumah- Amigdala

Kukira kau rumah- Amigdala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part 47

Langit puncak malam ini begitu mengagumkan. Bulan nampak ikut tersenyum, juga bintang nampak turut berpesta.

8 orang anak manusia sedang duduk membentuk lingkaran dipayungi langit hitam pekat di malam itu

Kanaya, Rania, Gissel, Vanya, Rafka, Danial, Dito, dan Darren.

Mereka berdelapan baru saja selesai BBQan malam ini. Mereka menghabiskan malam dengan canda tawa juga hal-hal menyenangkan lainnya.

Sekarang sudah pukul 10.30 malam. Dan mereka duduk dengan api unggun di tengahnya.

"Nay, besok kemana ya enaknya," ujar Rafka pelan pada Kanaya. Meski mereka sedang di tempat ramai, tetap saja kalau bucin dunia serasa milik berdua

"Gatau.. nanti kita cari referensi di internet dulu aja"

"Nay.. seneng ga?" tanya Rafka

"Seneng banget... Makasi sayang," ujar Kanaya

Wait...

Sayang?

Hah?!

Astaga

Rafka mendadak membeku. Salting sendiri astaga

"Apa tadi?"

"Sayang.."

"Jan panggil kayak gituuuu"

"Kenapa?"

"Aku salting"

"Sayang sayang sayang sayang sayang sayang sayang sayang sayang sayang sayang sayang"

"Ih galucu ah," ujar Rafka sambil mengacak pelan rambut Kanaya lalu beranjak pergi

"Ih mau kemana?!"

"Bentar"

Sekian menit kemudian, Rafka kembali dengan membawa gitar

"Gais numpang ngamen ya," ujar Rafka

Setelah itu dia kembali duduk di samping Kanaya. Rafka sedikit terkejut saat Kanaya bersandar pada bahunya sambil memeluk satu tangannya

Malam ini, Kanaya sedikit berbeda. Dan hal itu kembali membuat Rafka berada di pilihan yang sangat sulit.

RAFKANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang