Don't be silent reader
Kalau ada typo kasih tau
Happy reading :)
***
Kali ini aku tak suka hujan :)
***
Part 28
Nara menjatuhkan telpon rumahnya. Dia menatap Kanaya lirih, dengan pandangan tak terbaca
"Nay...."
"Kita ke rumah sakit. Sekarang"
****
Setalah mengatakan bahwa mereka harus ke rumah sakit, Nara terus menangis dan menarik Kanaya ke dalam mobil. Mereka meminta antar sopir
"RS Hasan Sadikin. Cepat!"
Nara tak berhenti menangis. Kanaya semakin takut dibuatnya. Pipi mereka berdua sama-sama dibanjiri air mata. Jangan lupakan tangisan langit yang juga tak kunjung berhenti
"Maaa ada apa?!"
Kanaya susah payah berbicara di tengah tangis. Namun Nara sama sekali tak menjawabnya. Dia hanya terus menangis
"Maaaa"
"Ma itu bukan Rafka kan?"
"Rafka ga naik pesawat itu kan?"
"Rafka masi di Amerika kan?!"
"Ma"
"Mama jawab Naya"
"Ma.."
"Diam! Kamu ini Rafka terus yang kamu pikirkan!"
Kanaya terdiam. Tangisnya seketika berhenti. Hatinya sangat sesak saat bentakan itu terlontar begitu saja dari mulut Nara
Kanaya mengalihkan tatapannya ke arah jendela. Dadanya benar benar sesak hingga air matanya membeku
"Sayang maaf.. mama.."
Kanaya tak bergeming
"Sayang maaf..." Nara mengatakan hal tersebut dengan suara bergetar
Kanaya menoleh. Mamanya sudah berantakan. Air matanya benar-benar tak terbendung
"Papa kamu.."
Detik itu pula air mata Kanaya turun lagi, begitu deras
"Papa?"
Nara tak mengatakan apapun. Dia segera memeluk putrinya. Kanaya masih mematung. Ia berharap semuanya hanya mimpi. Hari ini begitu buruk. Ia ingin segera bangun Tuhan.
***
Kanaya dan Nara sampai di rumah sakit Hasan Sadikin Bandung.
Tubuh Kanaya melemah. Ia jauh lebih lemas daripada tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFKANAYA
Teen FictionSaat sesuatu yang kau inginkan mulai mendekat dan hampir tergapai. Namun hatimu malah menarik dirimu kearah lain -Kanaya Shaqilla Ini kisah Kanaya Shaqilla, seorang ketua Osis dengan hidup monotonnya sampai kemudian seseorang yang dia sukai sejak a...