5

834 50 0
                                    

Fatma duduk terkulai lemas di depan ICU, sedangkan Arafah menatap sendu ayahnya di dalam ruangan itu. Setelah di telepon Sahara, keduanya tergopoh-gopoh datang ke rumah sakit untuk memastikan keadaan sang kepala keluarga. Dan mereka tentu saja shock melihat lelaki itu terbaring tak berdaya dengan berbagai selang menancap di tubuhnya.

Sahara duduk di samping mamanya dan mengusap lembut lengan mamanya. Perasaan bersalah tentu saja masih sangat besar di dalam hati Sahara. Dia yang sudah membuat ayahnya seperti itu.

"Maafin Ara,ma!" Ucapnya lirih.

Bukan menjawab, Fatma justru menangis lagi. Semakin menambah rasa bersalah Sahara.

"Ma, Ara.."

"Dek, cukup!" Potong Arafah "kamu kali ini keterlaluan!".

Arafah beranjak dan berdiri tepat didepan Sahara. Ditatapnya tajam adiknya yang kini menatapnya sendu.

"Mbak, Ara cuma nggak mau di dijodoh-jodohin!"

"Tapi bukan dengan cara diemin ayah kaya gitu, kamu bikin ayah kepikiran. Kamu tau kan ayah punya riwayat sakit jantung?" Arafah menghela nafas "Sebaiknya kamu terima permintaan ayah!"

"Kenapa nggak mbak Fa aja yang nikah sama ustadz Fathur?"

Sahara mengalihkan pandangannya dari Arafah. Dia masih belum bisa menerima perjodohan itu. Tapi Sahara sendiri bingung, jika dia tidak menerimanya bagaimana kalau ayahnya anfal lagi?

"Karena ayah ingin kamu yang menikah dengan ustadz Fathur" jawab Arafah.

Sahara tersenyum kecut. Kenapa seperti tidak ada pilihan lain untuknya? Menyebalkan!

***

Sahara berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Di tatap sendu ayahnya yang masih terbaring tak sadarkan diri di dalam sana. Sudah 3 hari Bahar dirawat, tapi tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar. Dan selama itu pula Sahara menunggui ayahnya tanpa beranjak selangkah pun keluar dari rumah sakit. Arafah dan Fatma yang bergantian membawakan baju ganti untuk Sahara.

"Yah, bangun yah. Ara mau minta maaf sama Ayah" gumam Sahara.

"Sahara!" Panggil seseorang lembut.

Sahara menoleh ke belakang "Ustadz Fathur? Kok kesini?"

"Saya bawakan baju ganti. Tadi Arafah bilang dia sama mama tidak bisa ke sini pagi. Mungkin nanti sore mereka baru bisa kemari" jelas Fathur.

"Ustadz, boleh kita bicara sesuatu?"

"Tentu!"

"Tapi nggak di sini. Ke kantin aja ya? Sekalian sarapan" Ajak Sahara.

"Baiklah!"

Sahara dan Fathur beranjak ke kantin. Mereka duduk di salah satu meja kantin kemudian memesan sarapan untuk keduanya.

"Mau bicara apa?" Tanya Fathur.

"Tentang perjodohan kita.."

"Ooh, kamu nggak perlu khawatir. Aku nggak papa kalo kamu nggak mau. Aku akan bicara sama ayah..."

"Aku mau kita jalani dulu, ustadz" potong Sahara.

Fathur tertegun sesaat "kamu yakin?"

Sahara mengangguk pelan "Tapi kalo memang akhirnya kita suka sama orang lain, kita harus saling ikhlas melepaskan"

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang