2

1K 57 0
                                    

Sahara baru saja memasuki kelas ketika dua orang gadis seusianya menyapa.

"Baru dateng Sa?" Tanya seorang gadis dengan rambut di kuncir kuda.

Dia adalah Salwa, sahabat Sahara. Sama halnya seperti Sahara, Salwa adalah gadis milenial kekinian yang cantik dan modis. Banyak teman-teman cowoknya yang berusaha mendapatkan hatinya. Tapi Salwa hanya memandang 1 laki-laki saja.

"Iya, tadi gue naik bus. Mbak Fa berangkat pagi-pagi banget, jadi gue nggak bisa nebeng" jelas Sahara.

Salwa hanya mengangguk tanda mengerti sembari ber-oh ria tanpa bersuara.

"Sa, Lo udah bikin PR matematika?" Tanya seorang gadis lainnya.

Yang ini Ajeng, sahabat Sahara juga. Orangnya kalem, lemah lembut, dan rajin. Tak ayal dia selalu jadi orang pertama yang dimintai contekan Sahara dan Salwa jika mereka belum mengerjakan PR.

"Mampus gue!" Sahara menepuk keningnya "Gue lupa! Lo udah selesai?".

"Udah. Mau liat?" Tawar Ajeng.

Baru saja Sahara mengangguk, bel tanda masuk berbunyi. Dan lebih payah lagi, Bu Darti guru matematika telah masuk ke kelas Sahara. Tentu saja hal itu membuat Sahara panik bukan kepalang.

"Kumpulkan pekerjaan rumah kalian!" Perintah Bu Darti.

Semua murid di kelas XI IPA 1 maju mengumpulkan tugasnya, kecuali Sahara

"Sahara!" Hardik Bu Darti "Mana buku PR kamu?"

"Emm anu, Bu. Itu, ke...ke.."

"Kamu itu ngomong apa a..e..a..e..? Yang jelas!" Tegas Bu Darti.

"Ketinggalan Bu!" Jawab Sahara spontan.

"Ceroboh! Keluar dari kelas , hormat tiang bendera sampai jam pelajaran saya selesai!"

Dengan muka tertunduk dan langkah lesu Sahara melakukan apa yang menjadi hukumannya dari Bu Darti. Sahara bukan tipe anak yang akan menyalahkan berbagai hal atas sesuatu yang buruk yang menimpanya. Itulah salah satu keistimewaan anak manjanya mama Fatma.

***

Sudah 1 jam pelajaran Sahara hormat pada tiang bendera. Masih kurang 1 jam pelajaran lagi. Sinar matahari pagi ini terlalu terik, membuat tenaga Sahara benar-benar terkuras habis. Padahal dia hanya berdiri tanpa melakukan hal apapun kecuali hormat pada tiang bendera di lapangan sekolah.

Rasanya hukuman seperti ini tidak manusiawi bagi Sahara. Bukan cuma capek dan dahaga yang memuncak, keringat yang bercucuran nantinya akan membuat rambutnya lepek dan badannya menyebarkan bau tak sedap bukan? Ah, dasar!

BRRRUUGGG..

Tiba-tiba tubuh Sahara terkulai tak berdaya di bawah tiang bendera. Tentu saja hal itu menarik perhatian para siswa-siswi yang sedang berolahraga di lapangan samping tiang bendera.

"Ada yang pingsan!" Teriak salah seorang siswa.

Seketika semua murid berlari mendekat. Tentu saja ingin melihat siapa yang pingsan dan memberi pertolongan.

"Sahara!" Pekik seorang murid laki-laki ketika tahu siapa yang pingsan.

Dia adalah Reno, bisa dibilang sahabat Sahara juga. Lebih tepatnya Sahara yang menganggapnya sahabat, tapi bagi Reno perasaannya pada Sahara lebih dari sekedar sahabat.

Dengan cepat Reno mengangkat tubuh Sahara dan segera membawanya ke UKS. Direbahkan tubuh Sahara di atas brankar dan menghapus keringat Sahara yang bercucuran dengan tissue yang diambilnya di atas nakas.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang