Sahara dan Ajeng berjalan santai beriringan. Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, dan dua bersahabat ini kini sedang melangkah menyusuri koridor untuk beranjak pulang.
"Sahara! Ajeng!" Panggil Salwa.
Bukannya menoleh, Ajeng malah mempercepat langkahnya dan menarik tangan Sahara agar mempercepat langkahnya juga.
"Sahara, Ajeng, tunggu!" Salwa berlarian mengejar Ajeng dan Sahara yang jaraknya cukup jauh darinya.
Seperti tak memperdulikan panggilan Salwa, Ajeng terus menarik tangan Sahara dan berjalan semakin cepat.
"Sa, gue mohon berhenti dulu! Gue mau minta maaf!"
Salwa menarik tangan Sahara yang lain ketika jarak mereka sudah dekat, dan menghentikan langkah kaki Sahara begitu juga Ajeng.
"Mau apa lagi Lo?!" Ketus Ajeng.
"Gue mau minta maaf sama Sahara, bukan maksud gue nggak mau bilang tentang perbuatan Desi sama kak Deta" mohon Salwa.
"Terus maksud Lo apa? Lo tau kan kita setengah mati nyari siapa yang udah ngerjain kelompok kita? Lo tau bukannya ngomong ke kita, malah diem aja!" Kesal Ajeng.
"Lo sengaja nggak mau bilang karena Lo punya dendam sama Sahara gara-gara Reno kan?" Tuduh Ajeng.
"Jeng, udah" Sahara berusaha menenangkan Ajeng.
"Jeng, Lo nggak bisa dong nuduh gue kaya gitu! Gue beneran nggak ada maksud apa-apa. Gue cuma belom bilang aja, bukannya nggak mau bilang!" Jelas Salwa.
"Gue tuh kenal Lo nggak cuma sehari dua hari, Sal! Lo kalo tau sesuatu yang bikin temen Lo celaka, pasti langsung main labrak tanpa pandang bulu. Minimal Lo bilang sama temen Lo siapa pelakunya. Nah ini?" Ajeng berdecih.
"Udah, stop Jeng!" Sahara buka suara "Cukup berdebatnya! Kita bisa selesaiin ini baik-baik. Nggak perlu pake cek-cok segala!".
"Jeng, emang bener Salwa salah karena nggak kasih tau kita kalo itu semua perbuatan kak Deta sama Desi. Tapi gue yakin kok, pasti ada alasannya kenapa Salwa berbuat kaya gitu. Apalagi yang di kerjain sahabatnya, mana mungkin di bakal diem aja" Sahara menatap Salwa dan Ajeng bergantian.
"Tapi diluar apa alasannya, kita ini tetep sahabat. Kita nggak boleh marah-marahan kaya gini. Kita bisa selesaiin semuanya tanpa harus pake nada tinggi. Dan kalian tau? Kalo sampe kita pecah, Desi bakal seneng banget! Karena itu tujuan dia, bikin kita berantem dan musuhan" jelas Sahara panjang lebar.
"Tapi sa, Salwa kaya gitu karena dia cemburu sama Lo karena Reno lebih perhatian sama Lo!" Ajeng masih bersikeras.
"Gue kan udah bilang, apapun alesannya kita tetep harus selesaiin masalah kita pake kepala dingin!" Tegas Sahara.
Ajeng menatap Salwa yang tengah menunduk, sekilas saja. Kemudian menatap Sahara lagi. Sejurus kemudian Ajeng menganggu paham kemudian tersenyum tipis.
Sahara tersenyum lega kemudian direngkuhnya Salwa dan Ajeng ke dalam pelukannya. Salwa maupun Ajeng tersentak sesaat, tapi kemudian segera membalas pelukan Sahara.
"Gue nggak mau kita musuhan. Gue sayang kalian berdua. Apapun bakal gue lakuin asal kalian selalu ada di samping gue. Bahkan nyawa gue sekalipun taruhannya!" Ucap Sahara.
"Makasih Sa!" Gumam Salwa. Air mata menitik di kedua pipinya.
***
Mobil Fathur memasuki halaman pesantren. Fathur memarkir mobilnya kemudian turun dan membukakan pintu mobil untuk Sahara. Sahara turun dengan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Langit [ COMPLETED ]
RomanceKisah seorang Sahara, gadis milenial kekinian yang di jodohkan dengan seorang pemuda pilihan almarhum sang Ayah, Fatur. Meski awalnya menolak, lama-kelamaan Sahara mulai tertarik dengan Fatur. Namun belakangan Sahara tahu, Arafah kakaknya juga meny...