41 [Extra Part]

2.1K 82 0
                                    

4 Tahun kemudian...

Sahara mengedarkan pandangannya keluar taksi. Kota ini semakin padat dengan gedung pencakar langit yang semakin banyak didirikan. Jalanan juga semakin ramai kendaraan, bahkan macet dimana-mana kini menjadi pemandangan yang tidak terelakkan.

Sahara merogoh saku celananya dan mengeluarkan beda pipih berbentuk persegi panjang. Beberapa saat dia fokus dengan benda itu, kemudian menempelkannya ke telinga.

"Assalamualaikum!"

......

"Iya, Ara udah sampe. Ini udah naik taxi."

.......

"Yaudah, Ara langsung ke sana."

......

"Assalamu'alaikum!"

Sahara mengakhiri panggilannya. Sesaat raut wajah Sahara terlihat gusar. Pikirannya kembali berkelana ke masa dimana dia merasakan bahagia, juga sedih dalam bersamaan. Perasaan campur aduk yang membuat setiap langkahnya jadi lebih berwarna. Tidak seperti sekarang, kosong.

Beberapa kali Sahara menghela nafas panjang. Mencoba meyakinkan diri. Mengumpulkan segenap tenaga dan keberanian untuk apa yang akan dihadapinya nanti.

'Lo pasti bisa, Ra!' yakinnya dalam hati.

Setelah dirasa hatinya sudah cukup tenang, Sahara sedikit mencondongkan diri ke depan untuk bisa berbicara dengan sopir taxi itu.

"Kita ke Pondok Pesantren ya pak!"

***

Beberapa anak kecil berlarian kesana-kemari. Suara beberapa anak yang sedikit lebih besar sedang belajar Iqro' bersahut-sahutan. Ada juga dua-tiga orang santri remaja sedang menyapu membersihkan halaman. Begitu suasana pesantren pada sore itu. Suasana yang menjadi sangat dirindukan oleh segelintir orang. Terutama yang pernah menyambangi tempat itu.

Sebuah taxi memasuki halaman pesantren. Membuat  semua mata tertuju pada benda beroda empat itu. Jarang sekali ada tamu ke pesantren menggunakan taxi. Biasanya para tamu menggunakan mobil pribadi mereka. Tapi itu pun tidak terlalu sering juga. Semua menatap penuh tanya, siapa gerangan?

Seorang wanita berjilbab dengan anggunnya keluar dari taxi itu. Semua mata terpana. Cantik dan menawan. Wanita itu tersenyum pada beberapa anak  yang menatapnya dengan terperangah.

"Assalamu'alaikum!" sapa wanita itu ramah kepada dua orang bocah yang berada dihadapannya.

Dua anak kecil itu tidak menjawab, hanya menatap masygul wanita dihadapannya. Dia tersenyum melihat kepolosan anak kecil itu.

"Ara!"

Ya, dia Sahara. Sahara yang sudah mulai beranjak dewasa. Sahara menoleh dan mendapati Fatma berjalan ke arahnya dengam tergesa. Dengan segera, Sahara berhambur memeluk sang mama. Suasana haru menyeruak diantara ibu dan anak itu. Rindu yang lama tertahan kini terbayar. Seperti perahu yang sudah menemukan pelabuhannya.

Fatma melepas pelukkannya dan mengamati paras ayu putrinya. Air mata menitik membasahi pipi. Mata Fatma berkaca-kaca melihat gadisnya tumbuh dengan sangat baik tanpanya di negeri orang.

"Apa kabar?" tanya Fatma dengan suara paraunya.

"Ara baik, ma. Mama gimana?" tanya Sahara.

"Mama sehat!" sahut Fatma.

Kembali Fatma mendekap Sahara. Penantian panjangnya kini telah usai. Sahara, anak gadisnya telah kembali dengan keadaan tak kurang satu apapun.

Di Atas Langit [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang